Title : “MIRRORS” Chap 15
Choi Minho SHINee | Choi Sulli F(X) | Kwon Yuri SNSD | SHINee Genk | Amber Liu F(X)
Author : Davina Sandy
Length : Chaptered
Rating : PG-15
Genre: comedy, romance, hurt
“Hyung! Apa yang kau
lakukan?! Kenapa hanya diam? Kejar Sulli hyung!” Taemin meneriaki Minho tepat
di depan kupingnya. Namun Minho tak beranjak dari posisinya. Ia layaknya patung
es yang membeku. Diam, menatap kepergian Sulli dan punggung Sulli yang perlahan
menghilang di balik gelap dan dinginnya malam.
Bibir ungunya akhirnya membuka dan mengeluarkan suara serak dan
bergetar “Percuma... dia takkan pernah kembali.”
“Mwo?! Hyung! Apa yang barusan kau katakan? Ini bukan dirimu!”
Taemin gusar, ia tak habis pikir Minho tak berniat mengejar Sulli yang sudah
pergi entah kemana. “Hyung seharusnya kita men...”
GREP. Sebuah cengkraman keras di pundak Taemin memutuskan
ucapannya. Kini Jonghyun sudah melempar tatapan tegas padanya. “Wae? Kenapa kau
berteriak? apa yang terjadi?”
Taemin terdiam melihat
tatapan itu. Tatapan Jonghyun saat serius mampu membuat siapa saja ikut masuk
dalam keseriusan itu. “Jonghyun-hyung! Sulli mengetahui semuanya. Tentang
taruhan itu ! Dia berlari dan pergi. Lihatlah, Minho-hyung hanya diam saja.” Sebenarnya, Taemin ingin mengejar Sulli sendirian. Namun mengingat ia juga ikut
serta dalam taruhan itu,setidaknya ia harus mengejar Sulli bersama Minho dan
menjelaskan bersama.
Jonghyun kini memperhatikan Minho yang masih menatap jalan dimana Sulli berlari dan pergi meninggalkannya. Tatapan Minho kosong dan meredup, Jjong
tahu persis apa yang sedang Minho pikirkan sekarang.
“Jangan paksa dia. Taemin, panggil Key dan mintalah bantuannya
menemukan Sulli. Diantara kita Hanya Key yang paling dekat dengan Sulli dan Eonni-nya. Palli.”
“Ne hyung.” Taemin segera berlari melewati gerbang dan memasuki rumah untuk meminta bantuan Key.
Mata Jonghyun kini beralih menatap Yuri yang ikut kebingungan
dengan kejadian ini. Ia merasa puas, namun di sisi lain ia khawatir melihat
keadaan Minho yang hanya diam mematung tanpa bicara menatap kepergian Sulli.
“Yuri-Ssi... apa ini ulahmu lagi?”
“Maksudmu? Pikirlah, ini juga salah kalian. Buat apa melakukan
taruhan jika tidak ingin menerima resikonya?”
Jonghyun merasa perkataan Yuri ada benarnya. “Geure... aku mengakui, ini juga kesalahan kami semua.
Dan sekarang Yuri-Ssi, apa kau puas? Puas melihat yeoja itu pergi? Puas melihat
namja yang kau cintai meratapi kepergian orang yang dicintainya?”
“....”
“Jika kau benar2 mencintai Minho seharusnya kau tahu apa yang
terbaik untuknya.”
Minho tidak mendengarkan apapun. Ia tidak mendengar ocehan2 Yuri,
Jjong,dan Taemin. Itu hanya terdengar layaknya gaung tanpa makna di telinganya.
Ia hanya terus menatap jalan lengang itu. Mungkin keajaiban menyeret Sulli
kembali, Entah dengan rela hati, atau secara paksa.
Jalan yang di tatapnya sedari tadi masih sunyi, tak menandakan
dewi cinta menuntun Sulli kembali kepadanya. Hanya satu masalah yang Minho
hadapi sekarang, kakinya menjadi lemah dan tak bisa ia gerakkan. Sulli takkan
kembali, juga takkan terkejar.
BRUK.
Lutut Minho ambruk ke tanah beraspal dengan keras. Tungkainya tak
mampu menahan beban badannya lagi. Minho merasa paru2nya tak mampu bekerja
dengan baik lagi. Seolah ia telah berlari ratusan meter untuk mengejar Sulli.
Jong terkejut dan dengan segera menghampiri Minho dan menopang badan Minho yang
juga akan tersungkur ke tanah menyusul lututnya.
“Minho-ya! masuk ke dalam kajja.”
“Hyung... dia tidak akan terkejar. Dia juga takkan kembali. Aku
ditinggalkan.”
“Minho-ya... Be calm down. Semuanya akan baik2 saja.”
Minho menatap kembali jalan lurus itu, sebuah memori terulang
lagi. Di jalan yang lurus dan sepi seperti ini, eommanya meninggalkannya
sendiri.
MINHO’S FLASHBACK
Sudah larut malam, namun rumah kecil itu dipenuhi suara2 bising.
Minho kecil berlari memasuki kamar eomma dan appa-nya. Ia membuka
tas yang berisi penuh oleh pakaian yang
sedari tadi sudah eomma-nya siapkan. Minho menghambur pakaian yang telah
tersusun rapi itu dan melemparnya ke sembarang arah hingga tercerai berai ke
lantai dan ke ranjang, berantakan dan kacau.
“Minho-ya!!! apa yang kau lakukan?!” eomma Minho mendorong Minho
menyingkir dari sisi ranjang hingga Minho terjatuh ke lantai.
“eomma tidak boleh pergi! Andwe!!” pekik Minho melengking hingga
membuat kening appa Minho yang lemah terbaring di atas ranjang berkerut. Appa
Minho yang saat itu sedang sakit keras terbatuk-batuk sehingga menambah bunyi
keributan di kamar itu.
Eomma Minho memasukkan kembali baju2 yang sudah Minho
porak-porandakan itu ke dalam tasnya
dengan sembarang. “eomma pasti kembali Minho ya!” eomma Minho menjinjing tasnya
dan dengan terburu-buru keluar dari rumah meninggalkan Minho dan appanya yang
kebingungan harus melakukan apa.
“Minho-ya... Uhuk... sudah, jangan paksa eomma-mu. Kau dengarkan?
Ia pasti kembali. Kau cukup mendengarkannya arachi?”
“appa! Eomma akan pergi bersam pria tampan itu! Dia akan
meninggalkan kita appa! Aku tidak akan membiarkannya pergi!” Minho belum
menyerah. Ia berlari mengejar eommanya yang sudah menghilang dari dalam rumah.
Minho mengedarkan pandangannya ke seluruh halaman dan menemukan
sosok eomma-nya yang sedang menghampiri sebuah mobil silver yang terparkir di depan pagar. Seorang
ahjussi tampan dengan setelan jas putih keluar dari pintu mobil menyambut
kehadiran eomma-nya dengan pelukan dan ciuman panas.
DEG! Rasa panas menyelimuti isi kepala Minho, tatapannya mengabur
karena embun sudah menutupi matanya. Embun dari Air mata yang terus ia tahan
untuk keluar. “eomma... a-andwe, apapun
yang terjadi, eomma tidak bisa meninggalkan kami begitu saja!!!” Pekik Minho
nyaring sehingga membuat keduanya menghentikan kegiatan itu dan segera masuk ke
dalam Mobil.
Minho tidak tinggal diam ia menghampiri mobil itu, namun
terlambat. Saat Minho sudah dekat, pengemudi mobil silver tersebut sudah
menginjak pedal gasnya. Minho belum menyerah, ia mengejar mobil yang melaju
dengan kedua kaki kecilnya.
“eomma!! Eomma!! Jangan pergi!! Jeball!!” tangan Minho terus
melambai-lambai tak henti, berharap eommanya menoleh sedikit saja, melihat
betapa putranya mengingnkannya untuk kembali.
nafas Minho sudah pada batasnya. Kaki2 kecilnya serasa mati, ia
sudah tak bertenaga lagi untuk terus berlari. Namun air mata yang terus menetes
menandakan ia tak ingin berhenti mengejar. Ia tak ingin eommanya pergi
meninggalkan appa-nya yang sakit keras. Tidak boleh!
Minho terus memaksa kakinya untuk terus bergerak dengan
cepat,hingga salah satu kakinya menyenggol kaki lainnya(?) Minhopun terlempar dan mendarat dengan keras
di tanah beraspal. Dadanya berdentum menghempas tanah. Sangat sakit, ia sudah
tak mampu bergerak lagi.
Minho masih terbaring lemah di permukaan aspal, mengatur nafasnya
yang sudah kacau. Tenggorokannya kering kerontang, hatinya perih. Si kecil
Minho benar2 dalam keadaan buruk. “Eomma jahat. Jahat!” Minho melepaskan semua
rasa sakit hatinya malam itu. Ia meringkuk dan menahan rasa dingin yang menusuk
hingga ke tulang-belulangnya.
Mungkin berharap ada kendaraan yang melau kencang
dan menindas badan kecilnya. Minho tidak peduli ia mati sekarang hingga sebuah
telapak tangan terulur di hadapan wajahnya yang sudah memerah karena tangisan
dan air mata.
Minho mendongakkan kepalanya yang terasa sangat berat mencoba mneyelidiki siapa pemilik telapak
tangan itu. Seorang anak kecil seumurannya tengah menatapnya dengan cemas. Anak
itu ngos-ngosan “Aku tetangga barumu.
Aku melihatmu berlari dan mengikutimu sampai kesini.”
“....” Minho diam tak menjawab masih mengumpulkan konsentrasinya.
“Jonghyun Imnida.
Gwenchana? Aku akan membantumu.”
FLASHBACK END
“Minho-ya... be calm down. Semuanya akan baik2 saja.”
Seperti memori lama yang terulang kembali di dalam kehidupan
nyata, Jonghyun masih selalu ada di sisinya. wajah cemas ini, pertama kali
dilihatnya saat Jong menemukannya terkapar di tengah jalan sunyi di malam
gelap.
Sejak saat itu jonghun
selalu ada untuk membantunya. Appa jong sangat baik dan membantu pengobatan
appa Minho hingga appanya sembuh dan mendapat pekerjaan lagi.
Minho tersenyum getir menatap wajah cemas Jonghyun. “Gomawo hyung... kau selalu baik.. selalu
baik padaku.”
“Minho-ya...” suara namja lain membuat Minho dan Jonghyun menoleh
pada namja berambut pirang necis itu. “Aku akan mengejarnya. Jangan khawatir
ne...”
“Chamkaman...”
“Wae Minho?”
“Tentang Sulli... dia bisa saja ikut membencimu karena taruhan
ini. soal itu, katakan apapun agar dia bersedia ikut denganmu. Antar dia pulang
dan jelaskan pada Amber semua ini. jelaskan kalau akulah dalangnya, kalau aku
yang membuat taruhan ini. dan jelaskan kalian juga terpaksa mengikuti taruhan
ini. arachi?”
Key terhenyuh mendengar namja bermata bulat dengan pipinya yang
sudah basah oleh air mata itu berbicara
dengannya. Minho rela disalahkan asal keadaan kembali membaik seperti semula.
****
Sulli terus berlari. Sepatu hak tingginya tak lagi ia kenakan. Air
mata terus mengalir di pipinya yang memerah dan tak dipedulikannya tubuhnya
yang sudah letih.
Derap nafas Sulli menjadi sangat cepat. ia sudah berlari dengan
sangat cepat dan jauh. Sekarang ia bahkan tidak tahu ia ada dimana. Keringat
terus menetes dari pelipisnya yang sudah basah.
Beruntung, ia menemukan sebuah bangku panjang di sisi jalan. Ia
mendudukan dirinya disana, melepas lelah yang ia tanggung selama ia terus
berlari.
Sulli mendongakkan kepalanya ke langit menatap pendaran cahaya
bulan yang menemaninya duduk sendirian di tepi jalan. “hahaha... aigoo! Sudah
lama aku tidak berlari sekencang tadi!” Sulli meluruskan kakinya untuk melepas
penat dan denyut yang menusuk-nusuk di telapak kakinya yang tanpa alas. Ia
menatap lurus jalan beraspal yang sudah ia tempuh, tak ada tanda2 seseorang
sedang mengejarnya.
Sekali lagi, air mata Sulli menetes membasahi pipi putihnya. Entah
apa yang ia rasakan sekarang. Ia sangat merasa marah dan sedih namun di sisi
lain ia bahagia. “syukurlah, ternyata oppa tidak mengidap tumor. Bahkan tumor
ringan sekalipun.” Sulli memeluk lututnya dan menangis lagi. ‘Minho oppa...
tidakkah kau ingin mengejarku?’ gumamnya dalam hati. Sulli memeluk dirinya
sendiri erat, mencoba menghilangkan rasa dingin yang menampar permukaan
kulitnya yang basah karena keringat.
Sebuah mobil sport Kuning berhenti tepat di depan Sulli. Seseorang
keluar dan menutup pintu dengan keras, berlari cepat ke arahnya. namja itu
bertelut di hadapan Sulli dengan mimik wajah yang sangat amat cemas. Memucat,
bukan terlihat cemas lebih tepatnya terlihat takut. Mungkin namja ini takut
akan kehilangan kepercayaan dari oenni-nya Sulli.
“Sulli-ya, aku mencarimu kemana-mana. Apa yang kau lakukan? Dan
kemana alas kakimu?”
Tanya namja pirang itu panjang lebar.
Sulli memalingkan wajahnya “Pentingkah untukmu?”
“Sulli-ya, jangan seperti ini Jeball. Lihat kakimu terlihat
bengkak. Apa kau menginjak batu?”
“Kibum-Ssi. Ini bukan urusanmu. Sebaiknya kau pergi tinggalkan aku
sendiri. Arachi?”
“lalu bagaimana caramu untuk pulang? Halte bus masih jauh
Sulli-ya.”
Sulli terdiam, mencoba memikirkan alasan Key ada benarnya, Sulli
bahkan meninggalkan ponselnya begitu saja di tangan Taemin.
“Tsh, ternyata Kim Kibum pun masih punya hati.” Sulli tak dapat
menahan bendungan air matanya. Jika Key menatap mata sulli dengan sungguh2 ia
pasti dapat melihat mata itu berkaca-kaca dan sangat terlihat menyedihkan.
Key tidak punya pilihan lain, ia harus menggunakan saran dari
Minho untuk meyakinkan yeoja di hadapannya ini. “Sulli-ya, taruhan ini tak
seperti yang kau pikirkan, kami bertaruh apa Minho bisa mendapatkanmu atau
tidak. Itu saja! lagipula awalnya kami tidak setuju, tapi jiwa kompetetif Minho
terus memaksa kami dan kami tidak punya pilihan lain. Mianne Sulli-ya, aku
bahkan sudah melupakan taruhan itu, aku selalu menganggapmu sebagai Chingu yang
baik... jeball sulli, pulanglah denganku.”
Sulli menatap sepasang manik milik Key mencari pancaran kesungguhan
disana. Sulli pun begitu, sudah menganggap Key sebagai teman baiknya. Namun
kenyataan bahwa dirinya dijadikan barang taruhan... tetap saja membuatnya
kecewa dan sedih.
Tangan Key terulur dihadapannya. “kajja Sulli-ya, yang terpenting
sekarang kau harus pulang.”
Ego sulli ingin menepis tangan sahabatnya itu menjauh darinya
namun hati kecil Sulli yang bertindak,ia meraih tangan key dan menaruh
kepercayaannya lagi pada sahabatnya ini.
****
*Ting Tong Ting Tong*
Kreeek... pintu rumah ganda itu terbuka dan menampakkan seorang
yeoja dengan rambut cepak dengan kaca mata masih bertengger di batang
hidungnya. Yeoja itu memicingkan matanya saat melihat Key membawa yeodongsaeng
tercintanya dengan keadaan yang sangat lusuh dan menurutnya itu mengerikan!
“Ige Bwoya!!? Kau apakan adikku Kim Kibum?!”
“A-Amber bawalah masuk Sulli dulu. Nanti akan kujelaskan.”
“Aish kau ini! aku tidak datang ke perayaan ulang tahun Luna
karena besok aku ada test dan adikku kau bawa pulang dengan keadaan mengenaskan
seperti ini! dimana Choi Minho? apa dia yang kan bertanggung jawab?!”
“oenni... cukup.” Akhirnya Sulli angkat bicara. Amber terkejut
melihat bibir pucat dengan suara serak yang ada pada Sulli. Ia bergegas
merangkul Sulli dan membawanya ke dalam kamar Sulli untuk mengistirahatkannya
sejenak.
Amber kembali menghampiri ‘kecengannya’ yang masih berdiri di
depan pintu masuk dengan wajah penuh rasa khawatir.
“Yak! Key! Aku tak bisa bicara panjang lebar sekarang. Ini sudah
malam, besok ada test, dan aku tak bisa menamparmu karena Siwon oppa ada di
rumah. Pulanglah, jelaskan semuanya besok di kampus!”
BRAAK!! Bunyi pintu dibanting dengan keras dan hampir menabrak
wajah Key membuatnya mematung dan memikirkan hal apa yang membuat dirinya
tertarik pada yeoja mengerikan ini.
****
Amber mendekati tubuh Sulli yang terbaring dan meringkuk memeluk
gulingnya “Sulli-ya? gwenchana?”
“gwenchanayo eonni.”
Mata Amber menangkap keanehan pada warna kulit kaki Sulli yang
tidak lagi putih bersih namun merah muda dan mengembang. “Sulli-ya... jangan
bilang kau...” Amber menatap mata adiknya itu. Sulli mengalihkan pandangannya.
“jangan bilang kau tadi, berlari sangat jauh...”
“...”
“sulli-ya! jawab oenni-mu yang sedang bertanya!”
“ne oenni... mianne.”
Amber menghela nafasnya. “aigoo. Dan Sulli tebaklah akan di bawa
kemana kau besok. Aku tak perlu repot2 melaporkan ini pada Siwon oppa. dia akan
menyeretmu besok. Aku akan membawa es batu untuk kompres dan minuman untukmu.
Aku hampir menyerah padamu sulli.” Amber berlalu meninggalkan Sulli yang
mematung di atas tempat tidurnya.
Sulli memeluk boneka beruang pemberian appa-nya dengan erat.
“eomma, appa, bogoshipo.” Air mata mengalir lagi dari matanya yang sudah lelah
menangis. “aku selalu membuat eonni dan oppa menghawatirkanku. Otthokae? Apa
tidak sebaiknya aku tinggal bersama kalian saja?” Boneka beruang itu kini
menjadi basah dalam pelukan sulli.
Sulli kini benar2 merasa kehilangan orang yang ia cintai untuk
kedua kalinya. Ia tak menyangka Minho akan setega ini padanya. Kini
dipikirannya hanya ada Minho, dan memori tentang Minho berputar lagi di
ingatannya.
SULLI FLASHBACK
“Hubungi aku, berikan nomor ponselmu.”
****
“Situasi yang seperti apa? Perfectionist girl eoh? Kau takkan
pernah menemukan yang sempurna di dunia ini Sulli-ya. Memangnya sampai kapan
kau ingin menemukan sosok yang tepat itu jika semua yang datang kau tolak
begitu saja? Kau bahkan tak sempat melihat ke dalam dirinya, menemukan potongan
hatinya yang mungkin saja cocok di potongan hatimu.”
****
“oleh karena itu Sulli-ya... jika kau tidak mencintaiku, aku takkan
pernah punya beban untuk meninggalkanmu suatu hari nanti. Biarkan saja cinta
tumbuh dihatiku dengan tanpa ada cinta yang tumbuh dihatimu... ku mohon
Sulli-ya, terima cintaku... Jeball.”
****
“Sulli-ya... apapun itu... kuatlah,aku ada di sisimu.”
SULLI’S FLASHBACK END
Air mata Sulli terus menetes dan merembes pada boneka beruang yang
juga ikut merasakan kepedihan hati Sulli.
“Oppa... aku tidak tahu aku akan bisa atau tidak, tapi setidaknya
aku harus mencoba melupakanmu.”
Sulli menghapus air matanya yang terus mengalir dengan punggung
tangannya. Ia tak menyadari Amber sudah mencuri dengar dari balik pintu
kamarnya.
“So, buaya itu yang membuatmu menangis dan menyakiti dirimu
sendiri eoh?!” bentak Amber dengan nada tinggi yang membuat Sulli tersadar dari
lamunannya.
“ne eonni... oppa membohongiku.”
“sudah kukatakan, buaya tetap buaya.”
“tapi bukan itu masalahnya. Aku... bisa saja terima dan memaafkan
Minho oppa jika ia membohongiku.”
“mwo? Jadi Apa yang membuatmu ingin melupakannya?”
Sulli terdiam sejenak dan kembali menatap cermin di seberang
ranjangnya “aku menemukan Minho oppa, seakan telah menemukan bayanganku,
bayangan yang sama. Namun kenyataan bahwa ia adalah namja sehat, harus membuang
anganku untuk terus bersamanya. Aku tidak mungkin bisa mnejalin cinta dengan
namja yang sehat seperti Minho oppa. Dia berbohong tentang tumornya.”
Tungkai Amber serasa melemas saat mendengar curahan hati
yeodongsaeng-nya “dan kau sedih tentang itu?”
“entahlah. Aku senang ia tak punya beban seperti yang aku emban
eonni. Tapi di lain sisi, aku sangat mencintai namja itu... mendengar bahwa ia
adalah namja yang sehat, membuatku.... kecewa.” Sulli mencengkram boneka
beruangnya dalam pelukannya, menangis lagi hingga boneka itu siap menerima air
mata yang jatuh lagi. “Aku tak siap kehilangannya. Tidak siap... dia cinta
pertamaku yang mewarnai hari-hariku yang kelam.”
To Be Continued
NB ; Jeng . . jeng . . jeng . . Mimin balik. hehe. gmana - gimana lanjutannya nih. . ?? masih nyentuh banget kan ya kaaan. . >,< doakan mimin gak males buat update yak readerdeul. :D
DEG!! bgt min pas baca flashback minho,
BalasHapussedih bgt kyknya :'(
keren bgt ceritanya..
cepetan di update ya min =))
gumawo :-)
Tunggu flasback versi nya Ssul yaaa. . Lebiiih nyeees lagiii. . Oke . . Okee. . Mimin akan segera come back. :D
HapusGomawo udah mampir plus koment, nanti mimin sampein ke Authornya yaaak. . :D
-_- lanjut cepatan makin hari makin penasaran -,-"
BalasHapusIyaaa. . Pasti mimin update kok. Sabaaar yaaaa. . >,<
Hapusnyesek deh T.T
BalasHapusaduh sulli eonni yang sabar ne, minho oppa tuh tulus kok
BalasHapusjong oppa emang dee super hero shinee hahahahaa
BalasHapusmasih penasaran baby ssul sakit apa ??????
next thoorr ^O^
semoga sulli segera balik sama minho ,soalnya minho emg bener2 cinta sama sulli
BalasHapusSulli eonnie sakit apa?
BalasHapus