Behind The Scene

Behind The Scene

dyoctavia storyline

"Aku adalah seorang aktris. Pekerjaanku adalah berakting."

Casts : f(x)'s Sulli, SHINee's Minho, SHINee's Minho, Miss A's Suzy & some OC(s)

Genre : Romance, Life.

Length : Short Chapter.

FF baru, Author baru. Semoga kalian suka ^^. Soalnya jujur, mimin lope-lope sama karyanya :D. Mau kenalan dengan author ini, , , klik disini . Happy reading. :)

"Kalian sudah baca script-nyakan?"

Sulli mengangguk cepat tanpa sempat menolehkan kepala pada Manajer Hwang yang baru saja munculentah darimana. Ia sedang sibuk mengaitkan anting-anting di telinganya setelah memoleskan lipstik di bibir tebalnya. Anggukan kepala yang sama pun terlihat juga dari Minho yang sejak setengah jam lalu hanya duduk di pojokan sambil mengutak-atik ponselnya.

"Baiklah. Lima menit lagi pemotretannya dimulai, bersiaplah!"dan setelah itu Manajer Hwang kembali keluar dari ruangan dengan tergesa-gesa.

Sulli menyempurnakanpenampilannya dengan parfum bermerk ternama. Ia melihat pantulan wajahnya pada cermin dihadapannya kemudian tersenyum bangga; bagaimana bisa Tuhan menciptakan mahkluk secantik dirinya.

"Jangan menatapku terlalu lama atau kau akan bertekuk lutut setelahnya," Sulli melirik Minho. Di pojok sana pria itu tengah tertawa setelah mendengar ucapan konyolnya.

"Kau pikir aku sudah gila?"

Sulli menarik ujung bibirnya saat suara tawa renyah pria itu menggema di lubang telinganya. Matanya yang terpejam karena menahan geli membuat senyum di bibir gadis itu pun semakin lebar.

"Kau tidak gila tapi kau yang membuatku gila!" gumamnya pelan.

.

Sementara Minho sedang diambil gambarnya oleh seorang fotografer, Sulli duduk berhadapan dengan seorang reporter. Ditemani segelas jus jeruk dan secangkir kopi yang mulai dingin, Sulli menjawab semua pertanyaan yang diajukan padanya dengan tutur kata yang lembut.

"Para staff yang bekerja denganmu memuji kepribadianmu yang menyenangkan. Jika aku boleh tahu, darimana kau mendapatkansifatmu yang ceria dan positif itu?"Reporter Jung mendorong tape recorder-nya mendekat kearah Sulli.

"Aku hanya memikirkan hal yang baik. Meskipun banyak hal buruk yang terjadi didepan mataku, aku menganggap semua itu sebagai pembelajaran diri.Itu akan menjadi pengalaman yang akan menolongku di kemudian hari."jawabnya sembari tersenyum.

"Pengalaman seperti itupun bisa membuatmu lebih kuat, benar kan?"

"Tentu saja. Aku percaya kalau ada waktu yang tepat untuk semua hal. Rasanya tidak mungkin untukku tetap berada diatas, maka aku harus bersiap karena suatu saat nanti hal buruk pun akan terjadi dan aku pasti akan jatuh juga,"

"Tapi aku akan menangkapmu saat kau jatuh, jadi kau tidak perlu khawatir."

Minho datang menghampiri. Disentuhnya pundak Sulli kemudian ia duduk disampingnya setelah menyambar percakapan antara kedua wanita itu. Ia terkekeh, dan tanpa ragu menenguk jus jeruk milik Sulli hingga tak bersisa.

"Kau ini ada-ada saja," Sulli tersipu malu.

Minho hanya mengulum senyum, namun matanya seolah bicara saat menatap mata Sulli dengan binar yang berbeda. ReporterJung yang melihat interaksi mereka berdua tergelitik hatinya untuk memuji, "Pantas saja kalian berdua dijuluki Nation's Couple, kalian berdua sangat manis."

Semburat merah di pipi Sulli semakin kentara. Minho, mewakili kekasihnya, menunduk malu dan berujar, "Kamsahamnida."

Senyum ceria serta gelak tawa terus terdengar dari ketiganya selama sesi wawancara. Pertanyaan ringan namun menjebak kerap kali dilontarkan oleh Reporter Jung yang haus akan berita, namun bersyukur, Sulli dan Minho telah menghapal tiap jawaban seperti yang sudah disiapkan oleh sang manajer.

"Baiklah, satu pertanyaan terakhir untuk mengakhiri wawancara yang menyenangkan ini,"

"Permisi,Nona Jung Yoo Kyung," seorang pria yang sebelumnya bertugas mengambil gambar Minho menyela. Ia membisikan sesuatu pada Reporter Jung kemudian pergi tanpa meninggalkan sepatah kata untuk pasanganselebriti itu

Reporter Jungnampak puas setelah mendapat bisikan dari rekan kerjanya. Ia menarik sebelah ujung bibirnya sebelum menatap Sulli dan Minho dengan tajam.Ia membetulkan letak kacamatanya yang hampir melorot kemudian membuat pernyataan mengejutkan.

"Sebuah berita besar baru saja dirilis, aku sendiri belum membacanya secara detail meski aku telah mengetahui apa isinya. Aku hanya tidak bisa membiarkan diriku untuk melewatkan kesempatan untuk menjadi orang pertama yang mengkonfirmasinya pada kalian berdua. Benarkah kalian berdua akan menikah dalam waktu dekat?"

Sulli mengerjapkan matanya berulang kali dengan bibir sedikit terbuka. Ia tidak bisa untuk tidak mengernyitkan dahinya setelah mendengar berita besar itu. Banyak kata yang ia hapalkan untuk memuluskan sesi wawancara dengan Reporter Jung, namun tak ada satu jawaban pun yang tepat untuk menjawab pertanyaannya kali ini.

"Melihat reaksi terkejutdi wajahmu, aku agak sedikit ragu. Kau mungkin saja bertanya-tanya darimana berita sebesar ini bocor ke media, tapi entah mengapa aku merasa kau sama sekali tidak mengetahui tentang berita ini,"Reporter Jung menduga-duga. Ia sungguh nampak menyeramkan denga  seringaian dan sorot mata yang siap memojokan siapapun, tak heran jika ia dikenal sebagai reporter maut karena kepiawaiannya dalam 'menjebak' narasumbernya.

Minho segera mengambil alih kendali. Ia masih dapat berpikir dengan jernih meski ia tak kalah terkejutnya seperti Sulli. Ia menjawab, "Siapa yang tidak akan terkejut saat seseorang menanyakan perihal pernikahan sementara ia masih berusia 22 tahun? Aku juga terkejut."

"Apa itu berarti berita itu tidak benar?"

Minho merangkul pundak Sulli, menatap matanya kemudian bertutur panjang, "Aku dan Sulli saling mencintai, hubungan kami juga sudah terjalin cukup lama. Saat kau menjalin hubungan serius dengan seseorang, bukankah memikirkan pernikahan adalah hal biasa? Tapi aku sadar kalau kami masih terlalu muda. Kami masih memiliki cita-cita yang belum terwujud, jadi kurasa lebih baik kalau kami menggapai cita-cita kami lebih dulu. Aku tidak ingin gadis yang kucintai menyesal karena menguburkeinganannya hanya untuk menikah denganku."

"Jawaban yang tepat, tapi dengan begitu kau telah mengkonfirmasi kalau berita itu tidak benar, Tuan Choi Minho. Jadi apakah berita ini sengaja dibuat untuk tujuan tertentu?" Reporter Jung menyimpulkan senyum kemenangan di wajahnya.

"Aku pikir berita itu tidak juga salah. Aku tidak menutup kemungkinan untuk segera menikah karena sejujurnya salah satu cita-citaku adalah menikah dengannya, jadi aku akan mewujudkannya di waktu yang tepat." Minho menatap mata Sulli yang kebingungan, berusaha menghindari pertanyaan terakhir Reporter Jung. Ia kembali menatap Reporter Jung setelahnya dan menemukan senyum kemenangan itu telah hilang.

"Itu... baru jawaban yang ingin kudengar."kata Reporter Jung menutup sesi wawancara mereka hari itu.

★

Ketegangan di ruangan itu memuncak setiap detiknya. Sejak kedatangan Sulli dan Minho kesana hingga menit-menit dimana Sulli selesai membaca artikel tentang rencana pernikahannya dengan Minho. Ia menyandarkan tubuhnya pada kursi sambil memijat pelipisnya.

"Ini konyol!" ungkapnya tak bertenaga. "Jae Hyuk Oppa, aku sudah pernah memperingatkanmu untuk tidak sembarangan memanipulasi media!"dikencangkannya volume suaranya pada pria bertubuh paling besar di ruangan itu.

"Tapi aku tidak punya pilihan." jawab Manajer Hwang.

Sulli mendengus sebal mendengar jawaban itu. Ia menatap Manajer Hwang dan berkata, "Jika kau khawatir aku dan Minho Oppa tidak akan menang best couple award nanti malam, kau tenang saja. Aku bahkan berani bertaruh kalau aku dan Minho akan menang tanpa harus mengeluarkan artikel menyedihkan seperti ini!"

Manajer Hwang melipat tangannya didepan dada. Ia balik menatap Sulli dengan berani. Ia sudah hapal dengan sifat dan kebiasaan semua artis naungannya, maka ia paham betul kalau Sulli adalah yang paling sulit ditaklukan dari semuanya.

Usia Sulli yang masih relatif muda membuat emosinya tidak stabil, pendiriannya pun mudah goyah dan ia sangat mudah percaya pada orang lain hingga ia seringkali dikecewakan. Meski begitu, tidak banyak orang yang tahu kalau ia memiliki ketulusan yang sangat tinggi dan selalu bekerja keras.

"Aku tidak khawatir, aku percaya pada kalian tapi pihak perusahaan butuh kepastian. Mereka tidak mengandalkan kepercayaan, mereka butuh bukti nyata yang valid."sebisa mungkin Manajer Hwangtidak membuat kemarahan Sulli bertambah.

Dan ia berhasil. Sulli menghela napasnya dan tampak berpikir panjang. Dan reaksi yang tidak biasa justu datang dari Minho. Pria berusia 25 tahun itu memang selalu cuek dengan segala pemberitaan mengenai dirinya, ia akan berkomentar meski tidak seheboh Sulli namun beberapa hari terakhir ia berubah pendiam, bahkan cenderung tak bereaksi.

"Ini adalah tahun ketiga kalian sebagai pasangan aktor dan aktris... yang berarti adalah tahun terakhir kalian sebagai pasangan kekasih. Hubungan kalian akan berakhir dalam tiga bulan ke depan seiring dengan berakhirnya kontrak. Perusahaan tidak mau kalian meninggalkan jejak buruk yang akan mempengaruhi karir kalian ke depannya dan award ini adalah jawabannya. Kumohon kalian mengerti mengapa aku melakukan hal ini."ia menerangkan.

Sulli menundukan kepalanya, menopang dagu dengan telapak tangannya. Kerisauannya tidak juga hilang meski Manajer Hwang telah menjelaskan permasalahannya. Ia menoleh pada Minho yang duduk di meja makan dengan pandangan mata tertuju pada layar ponselnya. Bukan hanya Manajer Hwang yang menyadari perubahan sikap pria itu, ia juga.

"Bukankah berita ini akan mengakibatkan masalah jika kami berpisah nanti?" tanya Sulli.

"Perusahaan akan memikirkan hal itu nanti, kau tidak perlu khawatir." jawab Manajer Hwang.

Sulli tersenyum pahit kemudian menjatuhkan pandangannya pada lantai apartemen berbalut karpet dengan bulu-bulu halus berwarna gelap. Yang ia sadari saat itu adalah waktu berlalu sangat cepat. Rasanya baru kemarin ia menangis karena harus menandatangi kontrak perjanjian untuk menjadi kekasih Choi Minho demi karir aktingnya, tiga tahun sungguh berlalu dengan cepat.

"Apa aku sudah bisa pergi sekarang?" Minho akhirnya bersuara.

"Kau mau kemana?" Sulli balas bertanya.

"Kita harus segera pergi ke Gedung SBS, karpet merah akan digelar tiga jam lagi sementara kalian belum dirias. Kau tidak bisa pergi kemana-mana."jawab Manajer Hwang tegas.

"Aku hanya butuh satu jam untuk dirias. Hanya satu jam saja dan aku akan kembali, aku pasti akan kembali."

Manajer Hwang melihat Minho dengan lekat. Ada sesuatu yang sangat penting yang harus dihadapi Minho namun ia tidak tahu apa itu. Ia berpikir, mungkin saja hal penting itulah yang membuat Minho berubah akhir-akhir ini dan mungkin saja jika ia biarkan Minho pergi, ia akan kembali menjadi seperti sedia kala.

"Oppa, kau belum menjawabku, kau mau kemana?" Sulli bertanya sekali lagi.

"Hanya satu jam. Pastikan kau kembali tepat waktu, Minho-ya." Manajer Hwang memberi izin.

"Gomawo, Hyung." dan sekali lagi, Minho tidak menjawab pertanyaan Sulli.

Sulli mencengkram erat ujung roknya melihat Minho pergi begitu saja tanpa menoleh padanya sedikitpun. Ia paham kalau sebelumnya pun Minho tidak pernah bersikap baik padanya selain didepan kamera namun semakin hari ia semakin tidak bisa mentolerir sikap Minho yang bertambah dingin padanya.

★

Jantung Sulli berdegup sangat kencang dan tangannya penuh dengan keringat. Ia menatap pantulan dirinya di cermin; tidak ada yang salah dengan make updi wajahnya, gaun cantik berwarna putih membungkus tubuhnya dalam kesempurnaan, ia terlihat seperti bidadari.

Namun ia kehilangan seluruh kepercayaan-dirinya saat Minho tidak juga menampakan diri. Acara akan dimulai 20 menit lagi dan pria itu belum juga datang, ia bahkan tidak memberi kabar.

"Dimana dia? Kau sudah menemukannya, Oppa?" Sulli menghampiri Manajer Hwang yang menggaruk kepalanya saat masuk ke ruangannya.

Manajer Hwang memilih bungkam. Sulli dapat menebak jawaban yang tepat atas pertanyaannya melalui keheningan yang tercipta diantara mereka berdua. Ia jatuh terduduk di sofa dengan kepalan tangan kuat diatas pangkuannya dan buliran bening air mata yang tidak sempat menetes.

"Aku harus bagaimana?" ucapnya lemah.

Kilatan cahaya yang berasal dari puluhan atau mugkin ratusan kamera terarah padanya. Pedih rasanya saat kilatan cahaya tanpa henti itu menerpa wajah dan matanya hingga nyaris tidak bisa melihat dengan jelas. Namun ia harus menahan semua itu. Sendirian, kali ini.

Ke kiri dan ke kanan ia tersenyum. Melambaikan tangannya yang gemulai pada siapa saja yang meneriakan namanya. Ia berjalan dengan anggun, dengan seluruh kemampuan yang ia miliki sebagai aktris papan atas yang selalu membuat drama yang ia bintangi memiliki rating tinggi, dengan bangga karena ia adalah salah satu bintang yang paling terkenal juga wanita yang paling dicintai di Korea.

"Aku adalah seorang aktris, pekerjaanku adalah berakting. Meski hatiku sedang terbelah dua sekalipun, saat mereka ingin melihatku tersenyum, maka aku akan tersenyum."

Babak paling menyeramkan dalam hidupnya telah datang. Ia tiba di penghujung karpet merah dimana dua orang pembawa acara telah menanti untuk menanyakan beberapa pertanyaan klise.Tetapi ia datang seorang diri kali ini, pertanyaan klise itu tidak akan sama lagi.

"Kau tampil sangat cantik hari ini, Sulli-ssi," bersyukur, salah seorang sahabat terbaiknya adalah pembawa acara wanita pada saat itu. Kang Jiyoung namanya.

"Kamsahamnida." Sulli hanya bisa tersipu malu.

"Sulli-ssi, apa kau yakin bisa membawa pulang piala pada hari ini?" tanya pembawa acara yang lain.

"Ya, tentu saja. Aku sudah mengerahkan usaha terbaikku sekarang yang bisa aku lakukan hanya berdoa dan optimis." jawabnya santai seakan tak memiliki beban. Padahal di sisi lain, ia berusaha untuk menutupi tangannya yang gemetaran.

"Kami juga berharap kau membawa pulang piala yang kau inginkan." timpal Jiyoung.

"Tapi kurasa ada yang kurang dari penampilanmu hari ini... dimana Choi Minho-ssi?"

Akhirnya pertanyaan itu ditanyakan juga.

Sulli menelan ludah. Lidahnya kelu, tubuhnya kaku, dan pedih di matanya kembali terasa. Ia hanya bisa menatap Jiyoung; meminta pertolongan.

Andai saja bintang-bintang yang bertaburan di langit malam itu bisa membantunya... Andai saja bulan bisa mebisikkan kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaan yang tidak bisa dikatakan.

"Kau memintaku datang, ada apa? Apa ada yang ingin kau katakan?"

Di belahan bumi lain, seorang gadis duduk di salah satu ayunan kayu di taman dekat rumahnya. Ia tak sempat mengganti piyama biru mudanya dengan pakaian yang layak untuk bertemu pria itu. Tak apalah,toh pria itu pernah melihat penampilannya yang lebih buruk dari hari ini.

"Suzy-ya, aku sedang bingung. Bisakah kau membantuku?"

Suzy tertawa kecil. Ia mengayunkan ayunan tua yang didudukinya perlahan mengikuti gerakan angin. "Aku? Hey, apa yang bisa aku lakukan untuk membantu aktor besar sepertimu, Tuan Choi Minho? Aku ini hanya gadis biasa."

Tidak hanya Sulli yang lidahnya kelu saat itu, ia juga sama. Tubuhnya juga sama beku, jantungnya berdegup kencang, tangannya gemetaran dan berkeringat.

"Justru itu... karena kau hanya gadis biasa,"kemudian Minho menghela napas dalam. "Suzy-ya, perasaanku padamu... aku sudah memikirkannya..."

★

Kring kring kring...

Mungkin sudah yang kesekian ratus kalinya Jiyoung mendengar suara dering ponsel itu. Ia baru saja tidur tiga jam yang lalu, ia bahkan belum memimpikan satu mimpi pun dan dering mengerikan itu memaksanya untuk kembali terjaga.

Ia bangkit dari tempat tidur yang nyaman. Matanya masih terpejam, keseluruh nyawanya belum berkumpul dan dering ponsel itu semakin menjadi-jadi.

"Tunggu sebentar!" Jiyoung mengusap matanya. Hal pertama yang dilihatnya adalah Sulli terbaring di sofa dekat ranjangnya. Gadis itu masih menggunakan gaun semalam dengan mata sembab sambil memeluk piala dengan namanya dan kategori yang dimenangkannya.

Kring kring kring...

"Ya!!" Jiyoung memekik, tidak sengaja membangunkan Sulli dari tidurnya yang tidak nyenyak sama sekali.

"Jiyoung... bunyi apa itu?... Ah ponselku," gumamnya tak jelas. Dan butuh dua menit untuk Sulli mengeluarkan ponselnya dari dalam clutchmiliknya."Lihatlah! Manajer Hwang menelponku, what a beautiful morning..." ia bergurau.

Jiyoung ikut tertawa bersamanya.

"Yeoboseyo, Manajer Hwang..." Sulli menyapa setelah menekan layar ponselnya. Ia mengapit ponselnya di telinga dengan bahu dan mengusap wajahnya dengan kedua tangan.

"Kau dimana? Kau sudah lihat artikel itu?"

"Aku di rumah dengan Jiyoung. Waeyo? Artikel apa yang kau maksud?" Sulli mengerutkan keningnya. Manajer Hwang berbicara dengan cepat, ia nyaris tak mendengar kata-katanya. Dan Sulli hapal betul kebiasaan Manajer Hwang; ia akan berbicara tergesa-gesa ketika masalah datang.

"Minho... dia terlibat skandal."ungkap Manajer Hwang.

                                                                                                   To be contineu. . .

NB : Authornya sangat mengharapkan komentar kalian. Karena komentar kalian adalah nafas untuk author dalam melanjutkan sebuah karya. Mimin minta tolong bantu komen yak. Soalnya mimin penasaran juga ama lanjutannya. :D Malah curcol. xixixi. Oke. Gamsah. #Bow ^^