Choi Minho SHINee | Choi Sulli F(X) | Jonghyun SHINee | Amber Liu F(X) | Choi Siwon Super Junior
Author : Davina Sandy
Genre : Comedy, Romance
Length : Chaptered
Rating : PG-13
Genre : comedy, romance, hurt
Summary :
“cause with our hand in my hand
and a pocket full of soul,
I can tell you there is no place we couldn’t go”
“hey Minho-ya!”Jonghyun muncul dan mengagetkan Minho yang sedang minum Moccacino panas.
“Panaas!!!!” Minho berdiri dari kursinya menampakkan hidungnya yang memerah karena terkena air kopi yang panas. “Aigoo!hyung!!” gertak Minho sambil memegang wajahnya yang terasa perih. Tanpa aba2 jong berlari mengambil air mineral dari mesin pendingin.
“Mianhae...”Jong tergopoh-gopoh mengulurkan air dingin itu, Minho merebutnya kasar dan menempelkan ke bagian wajahnya yang perih. Kemudian menumpahkan air dingin di wajahnya.
“Jangan lakukan itu lagi, berterima kasihlah karena aku tidak terpikir untuk membunuhmu hyung.”
“MI-AN-HAE Minho-yaaaa” eja jong dengan memasang aegyonya agar minho berhenti gusar.
“Ne hyung. Ada apa mengagetkanku?”
“ani... aku hanya ingin memantau perkembanganmu. Bagaimana dengan Sulli? Ini sudah seminggu
kan...” Minho menelan ludah, mengalihkan tatapannya dari mata Jonghyun.
“aku.. aku.., ehm, kami sudah sering bertemu.” minho menjawab dengan tampang menyombongkan diri, Minhho memang sering bertemu dengan Sulli, tapi ‘pertemuan’ itu merupakan pertemuan yang tidak dianggap dari pihak sulli.
“Mwo? Hanya bertemu? Bukannya sesuai perjanjian kau sudah mendapatkan hatinya dalam seminggu?”
“Seminggu? Bukan kah kalian memberiku waktu 2 bulan? Aku hanya melakukan sesuai permohonan.”
“aiiish! Jinja! Anak ini... jelas2 kau yang bilang seminggu saja cukup.”
“yeoja yang satu ini adalah spesies yang langka hyung aku butuh sedikit waktu araci? Aku sibuk,gomawo air mineralnya hyung. Annyeong!”Minho ingin menghindar dari pertanyaan Jonghyun yang semakin membuat mentalnya jatuh, ia membayar billbon di atas meja dan meninggalkan Jonghyun yang menatapnya dengan gundah.
“Namja ini, tidak berubah...” Jong menggeleng dan tersenyum melihat minho melangkah pergi meninggalkannya.
Minho melangkahkan kakinya masuk ke dalam Cafe Adore. Ya, Minho takkan menyerah pada sulli, demi harga diri di hadapan shinee, ia harus memenangkan taruhan itu. Minho duduk di pojok seperti biasa, dan bola matanya langsung menangkap sosok yeoja cantik berambut cokelat panjang dengan baju atasan hitam tanpa lengan sedang asyik menghadap netbook sambil menyeruput Ice cappucinonya. Sekarang Minho hanya menatap Sulli tanpa ekspresi, entah itu bingung atau hampir putus asa setiap melihat wajah cantik sulli.
‘Otthoke... ? sulli-ya, bagaimana caranya agar bisa dekat denganmu eoh?’ gumam Minho dalam hati seraya menatap Sulli yang sekarang sedang tersenyum pada netbooknya. Senyum yang cantik.
‘hey, putri salju sedang tersenyum pada netbooknya sekarang. Kenapa tidak tersenyum padaku saja.’ Gerutu Minho dalam hati. Ia memperhatikan bibir Sulli, memperhatikan dan terus memperhatikan, lamunan Minho buyar saat Sulli menggit kecil bibir bawahnya. Minho mengalihkan pandangannya dari Sulli dan meminum White Coffe pesanannya. ‘Minho,ini masih sore jangan yadong.’ Minho menepuk pelan dadanya sendiri. (xD)
Sulli nampak sedang mengetik pesan pada ponselnya, ia segera mengakhiri kegiatannya, membayar bilbon dan keluar dengan cepat dari cafe. Minho kebingungan,’mwo?cepat sekali dia pulang. Ah, kelihatannya dia sudah lama di cafe ini. Minumannya hampir habis sampai ke dasar gelas. Paboya Minho, kau gagal lagi’ rutuk Minho pada dirinya sendiri. Ia menyeruput white coffenya, pandangannya kosong. “Apa taruhan kali ini aku akan gagal? Aniyoo, ini baru satu setengah minggu kan. aish, dewi Fortuna kumohon berpihaklah padaku.” Minho bangkit dari sofa, merapikan blazernya dan pergi menuju pintu keluar cafe. Tiba2 seorang yeoja masuk dari pintu dan hampir saja menabrak Minho. Keduanya terkejut, dan saling menatap. Akhirnya yeoja itu membuka mulutnya “Mianhe” kemudian melanjutkan langkahnya. Ternyata yeoja itu Sulli.
‘Ommo...Sulli, ia nampaknya meninggalkan sesuatu’ benar saja Sulli tak sengaja meninggalkan ponselnya. Namun ada yang berbeda dengan yeoja ini, badannya basah kuyup seperti terkena hujan lebat. ‘Mwo? Apa di luar hujan?’ Minho bergegas keluar pintu cafe, memandang ke arah langit ‘hanya gelap, tidak hujan... mungkin hujan lokal.’ Minho melirik ke dalam cafe, ia melihat Sulli memandang kecewa pada ponselnya kemudian berjalan ke arah pintu keluar Minho sontak mengalihkan pandangan. Saat sulli keluar melalui pintu, JRESSSS..... hujan langsung turun dengan lebatnya.
“Aissh. Otthoke...?” suara bisikan gerutu keluar dari bibir Sulli dan terdengar jelas oleh Minho. Tiba2 pencerahan muncul di kepala Minho.
“We? Kau tidak membawa kendaraan?”Minho bertanya dengan nada lembut pada sulli, sulli menoleh pada sumber suara.
“ani, aku tidak membawa apapun. Aku pikir hari ini akan cerah, dan kemudian hanya berjalan kaki dari rumah.”
“ikut dengan ku?” tawar minho tanpa basa-basi seraya menunjukkan kunci mobil yang bergantung di jari-jemarinya. “bagaimana?”
“Mmm, aku rasa tidak perlu, aku akan merepotkanmu.”
“ani, kau bilang tadi kau berjalan kaki dari rumahmu. Itu berarti rumahmu dekat dari cafe ini. Ayolah, aku hanya ingin berbuat baik.” Minho mengeluarkan alasan yang logis dan tak mungkin bisa ditolak, di tambah senyuman manis dan binar mata memohonnya itu, alhasil membuat hati Sulli tergerak.
“Ne, baiklah. Jika memang tidak merepotkan.” Sulli membalas senyuman manis Minho dengan senyuman yang jauh lebih manis.
“Bagus,kau tunggu disini.” Minho berlari ke arah tempat di mana ia memarkirkan mobilnya. Sulli berdiri menunggu Minho sambil menggenggam kedua lengannya karena kedinginan, ia sungguh menyesal karena tidak membawa payung dan bahkan mengenakan atasan tanpa lengan. Dilihatnya dari kejauhan lampu sorot mobil mendekat ke arahnya, Sulli menyipitkan matanya karena Silau. Ia melihat kaca jendela diturunkan dan seorang namja muncul dari balik kaca mobil.
“kajja, masuklah.” Perintah Minho lembut. Sulli agak merasa ragu namun ia masuk saja ke dalam mobil kemudian menutupnya. Minho memperhatikan rambut cokelat Sulli yang basah dan bibir sulli yang memucat, tiba2 naluri seorang pria muncul secara alami pada Minho,ia melepaskan blazernya dan menyerahkannya pada Sulli. “Pakailah, kau hampir membeku.”
“GamsaHamnida...” Sulli langsung mengenakannya. Bukannya Sulli tidak tahu diri, benar kata Minho Sulli merasa ia akan mati kedinginan.
“akan kemana aku membawamu?”
“arah sebaliknya. Hanya 100 meter dari sini.”
Minho memutar haluan mobilnya dan kemudian menginjak gas, mobil itupun membawa minho dan sulli pergi dari halaman cafe adore.
“apa tidak ada orang yang bisa kau mintai tolong?” tanya Minho memecah keheningan yang terjadi diantara mereka.
“ponselku tiba2 mati. Aku tidak bisa menghubungi siapapun. Mianhae merepotkanmu.”
“oh, gwenchana.” jawab Minho singkat. Nampak sulli menoleh padanya seperti ingin menyampaikan sesuatu. “mwo?” tanya Minho yang sadar jika Sulli ingin bicara.
“ani, aku hanya merasa sangat sial hari ini. aku harus buru2 pulang, saat baru saja aku keluar halaman cafe, gerimis sudah menyerbuku, ponselku mati, dan untungnya ada yang berbaik hati mengantar pulang. Gomawo ne.”
“ah, ne... anggap saja permintaan maaf karena beberapa hari lalu aku memaksamu untuk mengingatku. Tapi...Aku bukan satpam kau salah orang...” Sulli menelan ludah mendengar Minho dengan frontal mengatakan kesalahannya.
“gerbang abu2 itu rumahku.” Ujar sulli mendadak membuat Minho mengalihkan konsentrasinya. Sulli membuat gerakan untuk melepaskan blazer Minho yang dikenankannya. Minho yang melihat itu langsung menghentikan gerakan Sulli.
“bawalah ini untuk melindungi kepala dan badanmu dari hujan... pintu rumahmu sangat jauh dari gerbang”
“ani,ani, aku selalu merepotkanmu..aku...”
“Jeballyoo.” Potong Minho sambil memamerkan wajah memelasnya tak ingin Sulli terus-menerus menolak maksud baiknya.
“bagaimana caraku untuk mengembalikannya padamu nanti?”
Minho mengeluarkan ponsel dari kantong celananya, kemudian memberikannya pada Sulli.
“hubungi aku, berikan nomor ponselmu.”
Sulli menatap Minho sebentar kemudian menuliskan beberapa digit yang merupakan nomor ponselnya lalu mengembalikan ponsel itu pada Minho dan segera keluar dari mobil.
“Gomawo...Mmm,?”
“Minho, Choi Minho..” jawab Minho melalui kaca jendela yang masih terbuka.
“ah ne. Gomawo Minho-sii. Aku akan mengembalikannya dalam keadaan seperti semula.” Sulli tersenyum melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan Minho. Sudut bibir minho menampakan seulas senyuman kemenangan.
“fabulous Choi Minho. First stepmu berjalan dengan sempurna. Setelah ini, semuanya akan menjadi sangat mudah.” Minho menginjak pedal gas kemudian mobilnya melesat pergi jauh dari hadapan gerbang rumah oppa-nya Sulli
Ting Tong ting tong... pintu rumah megah milik oppanya Sulli terbuka. Nampak seorang yeoja tomboy dengan rambut cepak yang telah membukakan pintu.
“Aigoo, Sulli-ya... dari mana saja kau Siwon oppa mengkhawatirkanmu.”
“Mianhae Oenni. Jangan katakan pada oppa aku kehujanan ne?” keduanya bicara sambil berjalan cepat ke arah kamar Sulli.
“milik siapa ini? dan siapa yang mengantarmu kesini?” tanya amber penasaran dengan blazer yang sekarang ia genggam.
“Milik namja yang mengantarku.”
“nugu?”
“playboy Master, Choi Minho.” Jawaban Sulli membuat bola mata amber hampir keluar dan melompat dari tempatnya, hanya satu kata yang mampu amber ucapkan sekarang.
“MWOOOOOOOOO!?” Amber terkejut mendengar jawaban Sulli. “Sulli-ya! Kau ingat kan apa
saja yang sudah ku jelaskan padamu 2 tahun lalu? Kau tidak lupa kan?”
Amber menggoncang-goncang kedua belah pundak Sulli dengan tangannya.
“Yaak!Oenni!
aku ingat dengan sangat jelaass.” Sulli mengangguk pelan dan
menyingkirkan tangan Amber dari bahunya. “tidak akan terjadi apa2, kau
tenang saja aku bisa mengatasinya.”
“kau
hanya perlu mengingat janjimu pada Siwon Oppa. Keringkan badanmu,kau
harus tetap sehat. Araci?” Amber pun berlalu dan meninggalkan Sulli
sendiri dalam kamarnya.
“Ne
Oenni, Araso.” Sulli menatap punggung Amber, moment saat Amber
memberinya informasi penting saat 2 tahun lalu terlintas lagi di
kepalanya.
Sulli’s flashback :
“Sulli-ya, come here...”
“Ne Oenni, we?”
“Ini
tahun pertama mu di universitas kita. kemarin aku sudah memberi tahu mu
10 wanita yang harus kau jauhi di sana. Hari ini aku akan memberi
tahumu 10 pria yang harus kau jauhi.”
“aissh, Oenni... kau sendiri tahu aku bahkan hampir menjauhi semua lelaki. itu sebenarnya tidak penting.”
“ani,
10 pria ini berbeda. Saat kau berada disekitar mereka kau bisa saja
terjerat dalam pesonanya atau apa pun itu membuatmu pasti dalam bahaya.”
“arasooo... tunjukan saja.” Sulli memanyunkan bibirnya tak ingin melawan pada Oenni-nya yang tampan itu.
“right,
this is it.” Amber menghidupkan kamera profesionalnya dan mulai
menunjukkan pada Sulli satu persatu foto2 pria berbahaya yang
dimaksudnya. Setelah menunjukkan kesembilan foto serta menjelaskan sisi
bahaya pria2 itu, sampai lah Amber pada pria no.10.
“and
the last... He is Choi Minho! Menurutku dia tidak berbahaya sih, karena
dia tidak akan mengejar-ngejarmu seperti penjahat. Sisi bahayanya
adalah, saat kau jatuh ke dalam pesonanya kau akan mencintainya sampai
mati dan takkan merelakannya pergi. Itu adalah kesaksian(?) dari
mantan2nya yang ia campakkan begitu saja.”
“ckckck,
menurutku dia lah yang paling berbahaya... ne, aku akan menjauhi mereka
bersepuluh mulai sekarang.” Sulli menggelengkan kepalanya, ia bingung
masih saja di dunia ini ada manusia yang mencampakkan orang lain yang
mencintainya.
Flashback end.
Lamunan Sulli terbuyarkan oleh nada sms ponselnya yang sedang ia charge. Ia pun membuka pesan dari nomor yang tak dikenal.
From : +68xxxxxxxxxxx
Ini nomorku, Choi Minho. hubungi saat kau memerlukannya.
“Oh,
Minho.” Sulli tidak terkejut. Ia me-reply pesan itu hanya dengan satu
kata, “Ne.” Ia pikir dengan begini, Minho akan tahu dirinya tak memberi
respon lebih. Saat Sulli akan mengambil hairdryer dari lacinya, Ponsel
Sulli berdering lagi. Ternyata balasan dari Minho.
Massage :
“jangan
berpikir aku akan berhenti mengirimi mu pesan. Jangan lupa mengeringkan
dirimu jika tidak putri salju akan berubah menjadi putri es batu.
Selamat malam ” balasan pesan dari Minho seketika membuat sulli
terkekeh.
“jinja...
kau juga bisa bercanda?” Sulli mematikan ponsel tanpa membalas pesan
Minho. ia menatap cermin dan berkata pada dirinya sendiri, “hey Choi
Sulli... apa kau benar2 mirip seorang putri?” Sulli tersenyum pada kaca,
“Minho-Shi, kau pria ketiga yang mengatakan aku adalah putri salju...”
*******
Di kampus :
Ketika
semua mahasiswa berhamburan keluar ruangan, Sulli malah menyalin ke
catatannya apa yang telah Dosen tulis di papan untuk persiapan tugas dan
sedikit membaca catatan yang ia tulis saat mendengarkan dosennya
menjelaskan. Tiba2 sepasang tangan menutup kedua matanya, tapi hal itu
tidak membuatnya terkejut.
“Apa
yang sedang dilakukan mahasiswa kedokteran di ruangan mahasiswa
filsafat eoh? Apa kau selalu tak ada kerjaan” Sulli bicara dengan nada
kesal. Amber langsung melepaskan kedua tangannya yang menutupi mata
sulli.
“Aiish, hidupmu terlalu serius chagi-ya... ikutlah denganku mengunjungi suatu tempat. Kami dalam jam istirahat.”
“ani,
aku akan langsung pulang.” Sulli mengeluarkan ponsel berniat menelepon
supir pribadinya. Amber dengan lincah merebut ponsel itu dari tangan
Sulli.
“Jika
kau menyayangiku, kau takkan menolaknya.” Amber membuat gerakan centil
dengan mengayun-ngayunkan ponsel Sulli di hadapan Sulli.
“Kau tak takut kita berdua akan dihabisi Siwon oppa?”
“aku
akan melindungimu. Aku takkan pernah membiarkanmu terluka
sediikiiiitpun. Ne?” Amber menarik tangan Sulli dan membawa mereka ke
tempat tujuan.
Setelah berjalan agak lama sampailah mereka di sebuah bangunan besar. Sulli tahu persis tempat apa ini.
“Apa yang akan kita lakukan di Gedung Olahraga? Kau tahu kan aku tidak suka berolahraga!”
“kita
datang ke GOR Univ bukan berarti kita akan berolahraga. Hari ini para
namja akan bertanding futsal, aku akan mengambil beberapa gambar,
makanya aku minta kau menemaniku.” Akhirnya Amber memberi penjelasan
atas niat anehnya.
“aigoo.
Katakanlah dari awal. Siapa yang akan bermain?” tanya Sulli penasaran
seraya memasuki pintu utama GOR dan tetap mengobrol.
“hehe,
aku takut kau menolak. Anak jurusan musik Vocal melawan anak jurusan
managemen Bisnis” jawab Amber sambil menuntun Sulli memilih tempat duduk
yang pas untuk sudut pengambilan potret yang tepat.
“Jurusan
Vocal?? Kalau begitu pasti ada...”Sulli memperhatikan lapangan dan
menangkap sesosok namja yang tak asing di ingatannya. “Taemin oppa...”
sambungnya. Seingatnya Taemin juga suka bermain bola kaki. Tak berhenti
disana, sulli mendapat kejutan lagi dengan pemandangan manis seorang
namja yang sedang melambai ke arah penonton dan membuat para yeoja
berteriak hisiteris.
“Choi Minho bermain disini Oenni. Di memakai baju yang berbeda dari Taemin, apa berarti dia lawannya?”
“Ne,
Minho itu dari jurusan managemen bisnis.” Jawab Amber tanpa menoleh ke
Sulli karena sedang asyik mengambil foto dengan kamera Cannonnya. Sulli
menghembuskan nafas panjang. Sudah dua hari sejak ia meminjam Blazer
Minho, hingga sekarang ia belum juga mengembalikan blazer itu pada
pemiliknya.
“Bersabar
ne... kita takkan lama, pertandingan akan segera selesai.” Ujar Amber
pada Sulli. Sulli langsdung melihat ke arah papan score, terpampang
disana angka 5 – 8.
“ah,
kelihatannya Minho-Shi dan team-nya akan menang.” Sulli mengambil
telepon genggam dan mencari kontak supir pribadinya. “yoboseyo
eunhyuk-Shi, bisakah kau menjemputku sekarang? Aku bersama Amber Oenni
dalam Gedung Olahraga Kampus. Ne, gomawo... eits! Chakaman, bisa kah kau
menolongku? Oo,Tolong ambilkan tas kantung berwarna biru berisi blazer
dalam kamarku tepatnya di atas meja belajar. Kamar ku tidak terkunci,
aku meminta bantuanmu. Ne, gomawo...” Sulli menutup teleponnya. ‘Aku
akan mengembalikan blazer ini sekarang.’ gumam Sulli dalam hati. Sulli
melihat ke papan waktu, waktu sisa pertandingan 10 menit lagi ia pasti
sempat mengembalikannya.
“Prrriiiiiiiit!”
peluit di bunyikan pertanda pertandingan sudah berakhir. Terlihat para
pemain saling bersalaman dan berpelukan dengan badan bersimbah keringat.
Minho dengan segera menyalami Taemin dan memeluknya.
“permainan yang hebat, jangan menyerah ne.” Minho mengusap kepala Taemin.
“Ne, selamat hyung.”
Minho menuju lokasi istirahat untuk minum dan meluruskan kakinya. Ia melihat ponselnya dan membuka sebuah pesan.
From : snow white Sulli
Minho-Shi,
aku menontonmu bermain. Dan aku membawa blazermu sekarang. Kau bisa
mengambilnya? Aku ada di depan pintu utama GOR di dekat tangga.
Minho
melotot kaget saat melihat layar ponselnya, membuat kedua mata besarnya
itu terlihat 2 kali lebih besar dari ukuran normal. ‘mwo, anak ini
muncul secara tiba2.’ Minho bangkit berdiri dan segera berlari ke tempat
sulli menunggunya. Saat hampir mendekati pintu, Minho dapat melihat
Yeoja berkulit putih dengan rambut cokelat panjang mengenakan kemeja
biru dan celana cream terlihat sedang menunggu seseorang dengan
menyenderkan badannya di pegangan tangga.
Minho
tersenyum lebar, wajahnya sekarang terlihat seperti kakek2 yang
menemukan gigi palsunya yang hilang, sangat bahagia xD. Di saat yang
sama, Sulli menangkap bayangan seorang namja dengan jersey bola
tersenyum padanya, sulli membalas senyum minho, sekarang senyum sulli
terlihat seperti nenek2 yang bahagia melihat suaminya menemukan gigi
palsunya yang telah lama hilang. (-___-“) baru saja Minho melangkahkan
kakinya, tiba2 ada seorang yeoja yang memeluknya erat dari samping.
Membuat Minho kaget dan hampir mendorongnya.
“Oppaaa!
Chukkae~!” ternyata yeoja itu adalah Yuri, sasaeng fans sekaligus
yeojachingunya Minho yang tak dianggap(hehe). Minho mengurungkan niatnya
untuk mendorong dan menggertak yeoja itu. Karena Ia menghormati Yuri
dibandingkan sasaeng fans yang lain alaupun ia merasa aneh setiap Yuri
memanggilnya Oppa, karena Yuri lebih tua darinya. “kita harus merayakan
ini, kita sudah lama tidak makan bersama. Ku traktir ne?” ajak Yuri
manja seraya menarik Minho ke arah sebaliknya dari tempat Sulli
menunggu.
“Ta, tapi aku ada urusan penting sebentar... ”
“Ani,
tak ada yang lebih penting dari aku. Kajja!” Yuri menyeret Minho, Minho
malu jika dilihat banyak orang tragedi tarik-menarik itu maka ia ikut
saja. Minho menyempatkan kepalanya untuk menoleh ke arah tempat sulli
menunggunya, kosong... hanya ada orang2 yang lewat lalu lalang. sekarang
Minho benar2 merasa sial.
Di
tempat lain, mobil hitam milik keluarga Sulli telah menunggu-nunggu
Sulli dan amber. Supir Sulli yang dari tadi menunggu akhirnya dapat
melihat dengan jelas Sulli berjalan ke arah mobil dan supir itu pun
turun dari mobil untuk membukakan pintu. Sulli berterima kasih dan
tersenyum.
“Eunhyuk-Shi
mulai sekarang jangan membukakan pintu lagi. Aku jadi malu jika dilihat
orang banyak.” Tegur Sulli pada supir pribadinya.
“sudah menjadi tugas saya nyonya Choi. Mmm, ngomong2 dimana nyonya Amber?”
“kita berangkat saja, ia mahasiswa kedokteran yang sibuk. Mereka masih ada jam kuliah sampai nanti sore.”
“ne
nyonya.” Mobil pun berangkat meninggalkan halaman depan GOR. Tatapan
Sulli menerawang ke balik jendela mobil, tangannya menggenggam erat tas
biru berisi blazer milik Minho. wajahnya kini tanpa ekspresi mengingat
kejadian Yuri yang memeluk dan menarik-narik Minho untuk pergi dan
akhirnya tak sempat menghampiri Sulli, satu pertanyaan yang ada
dipikirannya sekarang.
“Jika
benar ia selalu dikejar wanita2 cantik tanpa harus mengejar wanita
lebih dulu, lalu apa yang sekarang dilakukannya padaku? apa ada maksud
tertentu?”
To be Continued...
Lanjut thor..
BalasHapusChapter 4nya udah dipost belum thor?
BalasHapuspenasaran . .
udah chingu^^
Hapusaduhhh... seru banget ceritanya.... tapi aku takut kalau akhirnya nggak happy :(... pokoknya minsul 4ever... heheehehe thanks.. :) {^_^}
BalasHapusSukaa bgt dg karakternya Sulli di sini, siapa sih yg gak demen ngeliat dia? Udah cantik, kaya, baik lagi. Duh, keren bgt pokoknya.
BalasHapusseru banget next thor :)
BalasHapusseru seru thor :)
BalasHapuskeren banget deh ceritanya , apalgi minho ngejar2 sulli ,dan spertinya sulli mulai jatuh hati deh sama minho , dan nanti klo sulli udh jatuh hati sama minho dan sulli tau dia cuma buat taruhan awalnya gimana reaksi sulli
BalasHapusPasti dua2nya jatuh cinta deh lama-lama
BalasHapus