Choi Minho SHINee | Choi Sulli F(X) | Amber Liu F(X) | Choi Siwon Super Junior | Lee Taemin SHINee | Kwon Yuri SNSD
-
Author : Davina Sandy
Genre : Comedy, Romance
Length : Chaptered
Rating : PG-13
Genre : comedy, romance, hurt
Summary :
“cause i don’t wanna los you now,
I’m looking right at the other half of me,
The vacancy that sat in my heart
Ia a space that now you hold...” (Justin T-Mirrors)
Minho memasang wajah masam selama menemani Yuri makan. Ia hanya mengaduk-aduk sphagetti kesukaannya yang disuguhkan oleh waitress tanpa memakannya.
“ada apa denganmu? Makanlah kau pasti laparkan? Mau ku suap?” Yuri menyodorkan garpu penuh lilitan sphagetti ke hadapan Minho.
“ani... aku tidak selera.” Minho memalingkan wajahnya. Yuri menatap tajam mata Minho, dari tatapannya Minho bisa menerjemahkan, itu artinya ‘What’s your problem with me!?’. Minho pun membalas tatapan Yuri dengan tatapan sedih dan bersalah. “Yuri Noona, ada yang harus kubicarakan padamu, sebenarnya aku...”
“Ne, aku tahu! Tanpa kau harus mengatakannya aku tahu... jadi kau diam saja.” Potong Yuri tak membiarkan Minho menyelesaikan kalimatnya.
“Chagi-ya, dengarkan aku...” Minho menggenggam lembut tangan Yuri, Yuri kemudian menghentikan garpu yang hampir masuk kemulutnya.
“ kau jarang sekali memanggilku dengan sebutan itu minho-ya.” Yuri menjawab Minho dengan suara yang agak bergetar. Yuri tahu persis dengan apa yang akan dihadapinya sekarang, Minho akan mengakhiri segalanya.
“Noona, kau bahkan tahu bagaimana perasaanku padamu. Kita tak bisa terus bergandengan tangan sedangkan kita berjalan ke arah yang berbeda. Bagaimana bisa suatu hubungan dapat terus berjalan jika salah satunya tak memiliki hati?”
Kata2 yang keluar dari bibir Minho seketika membuat air mata Yuri jatuh berlinang dengan bebas. Yuri melepaskan segala perasaannya sekarang. “Noona, aku selalu menyukaimu, setelah aku sadari rasa suka itu hanyalah rasa suka biasa antara Noona dan dongsaengnya. Noona Mianne... aku akan selalu menyukaimu sebagai putri kampus dan Noona ku.” Minho mengelus lembut pipi Yuri yang basah bersimbah air mata dan mengelus rambutnya.
Yuri tidak berdaya kali ini. Yuri tahu persis siapa Minho, untuk sekian lamanya, ini adalah pertama kali Minho mengungkapkan perasaan sebenarnya. “Noona, aku ada urusan penting. mian meninggalkanmu, mian.” Minho mengusap lembut lagi tangan Yuri dan berdiri dari kursi kemudian melangkah menjauhi Yuri.
“Siapa Yeoja itu?” seketika pertanyaan Yuri menghentikan langkah Minho. “Siapa yeoja yang spesial dari ribuan fansmu?” ulang Yuri memperjelas pertannyaanya.
“sayangnya Noona, dia bukan fansku.” Minho menoleh pada Yuri, tersenyum kecil dan melanjutkan langkahnya. “Mian ne Noona...”
Rumah Sulli :
Sulli memasuki pintu rumahnya yang tak terkunci ia melepas sepatu dan terkejut melihat sepasang sepatu hitam milik oppanya di rak sepatu. “kenapa oppa pulang secepat ini? apa ia menungguku?” benar saja dugaan Sulli, namja yang ia bicarakan sedang menyenderkan tangannya di dinding dan hampir membuat Sulli spot jantung. “wah oppa-ku yang tampan sejak kapan ada disini?” Senyum Sulli merekah seperti bunga matahari saat menatap oppanya.
“bagaimana cara kau pulang malam tadi?” pertanyaan singkat itu sanggup membuat Sulli menelan ludah dan bingung ingin menjawab apa. Siwon kecewa melihat ekspresi dongsaengnya dan berjalan meninggalkan Sulli. Sulli dengan segera melingkarkan tangannya ke tangan Siwon dan menyenderkan kepalanya di bahu Siwon dengan manja.
“oppa, kau tahu kan kemarin itu hujan, handphone ku mati, dan saat ada namja yang ingin berbaik hati mengantarkan pulang...” belum selesai Sulli bicara , Siwon kembali menatap Sulli tajam. Sulli tau persis tatapan apa ini.
“namja? Kau tak bercanda kan? ingat janjimu pada oppa?”
“ne oppa, aku ingat. Aku hanya tidak ingin membuatmu khawatir,maka aku ingin cepat pulang.”
“dan kau masuk diam-diam ke kamarmu dan berpura-pura tidur... kau selalu meremehkan masalahmu Sulli-ya...” Siwon mengalihkan tatapannya dari mata sulli. Sulli tahu ada kristal kecil di sudut mata oppanya. “karena malam kemarin kita gagal melaksanakan rencana kita, kita akan lakukan malam ini. arrachi?” lanjut Siwon memaksakan tersenyum pada Sulli.
“ne oppa araso. Love you oppa” Sulli meninggalkan Siwon yang masih menatap punggung Sulli. Sulli memasuki kamarnya dan menahan tangisannya agar tidak pecah di hadapan Siwon . “Mianne oppa.” Ia menatap foto dirinya, Siwon dan Amber yang tergantung di dinding kamarnya Seketika lamunannya teralihkan oleh bunyi nada pesan dari ponselnya.
From : Choi Minho
Jangan terkejut, Aku di ada di depan gerbang rumahmu.
“Mwo?!” Sulli menatap keluar lewat jendela, benar saja playboy itu sedang berdiri bersender di pintu mobilnya. ‘apa dia sudah gila? Kenapa tidak bilang dulu... jangan sampai oppa tahu.’ Sulli bergegas mengambil tas biru berisi blazer Minho dan menjinjingnya keluar dari rumah. Sulli menghampiri Minho yang tersenyum melihatnya, sulli mengerutkan dahi saat melihat senyum Minho.
“waeyo? Bukankah ku bilang jangan terkejut?” Goda Minho meliahat ekspresi Sulli. Tanpa pikir panjang, Sulli menjulurkan tangannya yang menjinjing tas biru berisi blazer pada Minho.
“Ini blazer mu Minho-Shi, aku sudah mencucinya, gomawo.”
“apakah kata gomawo itu cukup? Aish, aku mengantarkanmu pulang dengan mobilku, kemudian meminjamkanmu barangku, dan aku hanya mendapat gomawo? Ckckck.”
“lalu apa yang kau inginkan?” Sulli menatap aneh pada namja yang menurutnya playboy itu.
“temani aku makan siang, aku sangat lapar... aku tidak menyentuh makanan apapun sejak tadi.(nah,bohong xD) “ Minho memasang muka memelas sambil memegang perutnya . Sulli menghembuskan nafas lewat mulutnya saat mendengar permintaan Minho.
“hanya makan kan?”
“hanya makan!” jawab Minho meyakinkan Sulli. Sulli mengangguk setuju, Minho pun membuka kan pintu mobil untuk Sulli. Saat Sulli masuk, peristiwaa tak terduga terjadi. Tetangga Sulli yang seorang yeoja dari SMA terfavorit di seoul berlari menghampiri Minho, sambil ngos-ngos an yeoja yang bernama jieyon itu memukul dada Minho.
“ternyata benar ini kau! Oppa... kenapa kau tega padaku eoh? Kenapa kau tak membalas pesanku, tak mengangkat teleponku, dan tak bisa ditemui? Weee?!” ucap jiyeon panjang lebar. Kini Minho dan Sulli speechless seketika. Apalagi Minho, ia shock setengah mati, ia menoleh pada Sulli dan dilihatnya Sulli sedang tertawa tanpa suara dalam mobilnya.
“ka-kau siapa?” tanya Minho pura2 tidak kenal.
“aku kekasihmu oppa! Jangan pura2 bodoh!” lagi2 Jiyeon membuat gerakan anarkis dengan memukul-mukul dada Minho. Dengan sigap Minho menangkap kedua tangan jiyeon dan berkata dengan pelan.
“sudah kuduga, kau pasti salah orang.” Jiyeon terlihat semakin naik darah. “mungkin yang kau maksud adalah Choi Minho! aku adalah kembarannya Choi Minyo. Dia memang playboy, mulai sekarang jangan dekati dia lagi. Arachi?” kali ini Jiyeon yang Speechless. Minho kemudian bergegas masuk ke dalam mobil dan membawa mobil itu segera pergi dari hadapan Jiyeon.
“hahahahahahaha!” gelak suara Sulli menghambur isi mobil Minho. Minho seketika kaget dengan apa yang dilakukan Sulli. Setahu Minho Sulli itu elegant, dan ini pertama kalinya Minho melihat Sulli ‘ngakak’. “Minho-Shi, kejadian itu tadi sudah yang ke berapa kali eoh?” Sulli bertanya pada Minho dengan masih terkekeh dan mata berair karena terlalu banyak tertawa.
“entah yang keberapa kali. Yaak! Kau, berhentilah tertawa.”
“ne, Minyo-Shi...” olok Sulli membungkuk hormat pada Minho yang membuat kuping Minho memerah sekarang. “kita kemana? Adore cafe saja ya?” tawar Sulli.
“Ne... lebih dekat lebih baik.”
Di cafe :
Minho memesan 2 potong sandwich dan 2 cangkir cappucino hangat pada waitress. Sulli tersenyum lebar saat melihat Minho memesankan makanan juga untuknya.
“We? Aku punya banyak uang untuk membelikanmu sepuluh potong lagi.” Ujar Minho yang sadar kalau Sulli tersenyum saat dia memesankan Sulli sandwich. Minho pikir Sulli pasti sedang lapar.
“Aigoo... Minho-Shi, aku tak makan sebanyak itu. 3 potong ku rasa cukup.”
“Mwo!? Yaak, kau itu yeoja, satu saja cukup.”
“aish, katakan saja kalau kau membawa sedikit uang.” Sulli mejulurkan sedikit ujung lidahnya pada Minho. Minho mengambil dompetnya dan mengeluarkan 3 kartu kredit sekaligus dan menunjukkannya pada Sulli. Sulli menelan ludah dan mengangguk tanda mengerti, Minho memasukan kembali kartu kreditnyana ke dalam dompet dengan senyum kemenangan. Waitress datang dan mengantarkan pesanan, Minho yang memang lapar langsung melahap sandwich di hadapannya.
“Ommo, pelan2 Minho-Shi nanti kau tersedak.” Sulli menegur Minho yang makan dengan lahap. Yang ditegur hanya mengangguk. Sulli pun ikut melahap sandwich dengan perlahan. Sulli tiba2 teringat kejadian saat Minho mengelus kepala Taemin saat selesai bertanding. “Mmm... Minho-shi, apa kau berteman baik dengan Taemin oppa?”
Minho menghentikan kunyahannya dan menatap Sulli, “Taemin sudah kuanggap dongsaeng-ku sendiri. Kami berteman sejak kecil.” Sulli yang mendengar itu hanya mengangguk pelan. Minho dapat membaca pikiran Sulli dari sorot matanya. “Waeyo? Selalu Merasa bersalah padanya?”
pertanyaan Minho seketika membuat jantung Sulli berdegup lemas ‘mwo?apa dia tahu?’ gumam sulli dalam hati ia tak berani menatap Minho. “aku... merasa tidak cocok dengannya, kami terlalu banyak memiliki perbedaan.” Sulli pun kaget dengan jawabannya sendiri.
“bagaimana kau mengatakan tidak cocok, bahkan kalian belum mencobanya.”
“ani, aku dapat melihatnya dengan jelas. Kami tidak cocok...”
“lalu kenapa sampai sekarang kau belum pernah berpacaran? Apa semuanya tidak cocok hanya dalam sekali lihat?” obrolan mereka berjalan sangat santai, bicara sambil mengunyah sandwich dan tanpa bertatapan, hanya saling sahut-menyahut , tapi pertanyaan terakhir Minho tadi membuat Sulli mengangkat kepalanya dan menatap Minho.
“Minho-Shi... kau sungguh tidak tahu situasiku sekarang... untuk situasi-ku ini, aku sama sekali belum menemukan sosok yang tepat.” Nada bicara Sulli berubah menjadi serius. Hal itu juga membuat Minho mendongakkan kepalanya dan membalas tatapan Sulli.
“situasi yang seperti apa? Perfectionist girl eoh? Kau takkan pernah menemukan yang sempurna di dunia ini Sulli-ya. Memangnya sampai kapan kau ingin menemukan sosok yang tepat itu jika semua yang datang kau tolak begitu saja? Kau bahkan tak sempat melihat ke dalam dirinya, menemukan potongan hatinya yang mungkin saja cocok di potongan hatimu.” Minho bingung sendiri, sejak kapan ia bisa bicara panjang lebar menasihati orang lain. Minho tak sadar jika perkataannya secara tidak langsung menyakiti hati Sulli. Sulli sedih saat Minho mengiranya seorang perfeksionis.
“jika aku disebut perfectionist, lalu disebut apa dirimu Minho-Shi?” Suara Sulli bergetar. “apa yang sedang kau lakukandengan Mempermainkan banyak wanita?”
“aku tidak sepertimu Sulli-ya yang menolak semua namja, aku membuka hatiku pada semua yeoja. Jadi aku bisa melihat ke dalam dirinya, apa dia adalah yeoja yang cocok atau tidak untukku.”
“mwo? Apa kau akan mencari yeoja yang cocok dengan cara keji itu secara terus menerus? Menemukan sepotong hati yang mencintaimu, memanfaatkannya, dipermainkan, kemudian mencampakkanya seperti sampah begitu saja?” nafas Sulli sekarang tidak teratur , emosinya menjadi semakin tak terkendali. Jika ia terus-menerus meladeni Minho, ia yakin semua rahasianya selama ini akan terbongkar begitu saja.
“kau tidak tahu apa tepatnya alasanku melakukan hal itu semua. Aku bisa melihat mereka! Mereka juga yeoja2 yang keji...” Minho kini memberikan pembelaanya atas sikap playboynya.
“mwo? Minho-shi, berkacalah! Intropeksilah dirimu sebelum kau mengatakan hal buruk yang ada pada orang lain.” Sulli berdiri meninggalkan sandwichnya yang masih tersisa sedikit serta Minho yang sekarang wajahnya telah memerah karena menahan emosi. Sulli melangkah pergi keluar dari cafe, Minho sekarang hanya menatap keluar jendela tanpa ingin menahan Sulli agar tidak pergi. Sulli hanya menunduk di sepanjang jalan berharap agar wajah mengenaskannya tak terlihat orang lain. Tak dapat ditahan lagi, ia akhirnya menitikkan air mata. “Oppa...Oenni... Otthokae? Namja ini, membuat hatiku sakit... bicara sesuka hatinya tanpa tahu apa yang sekarang terjadi padaku.” gumam Sulli yang tengah memegang dadanya menahan sakit hati.
Di tempat lain, Minho masih duduk diam dan menatap langit lewat jendela cafe dan tengah mengingat kata2 Sulli yang terus terngiang di kepalanya. “apa caraku salah? Kurasa cara ini adalah cara yang paling benar... Eomma, kau dengar yeoja tadi? Dia bilang aku keji... tapi aku yakin aku tak sekeji dirimu.” Minho tersenyum dan menghapus airmata yang hampir jatuh di pipinya.
******
“Eomma!
Eomma! Jangan tinggalkan Minho dan appa, eomma! Jeball... Eomma!!!”
Minho membuka kedua matanya dan terbangun dari mimpi buruknya. Kini
jidat Minho penuh dengan tetesan keringat dan nafasnya tersengal. Ia
segera pergi ke dapur dan minum segelas air putih untuk menenangkan
diri. Pikiran Minho masih melayang, Rekaman Kejadian 17 tahun lalu
terulang lagi dan diputar secara jelas di dunia mimpinya.
DI Kampus :
Minho
melihat seorang namja sedang berkonsentrasi dengan lembaran yang
sedang ia pegang, sesekali bibir namja itu nampak menyanyikan sesuatu
dan kemudian menggelengkan kepalanya tanda tak puas. Minho tersenyum
nakal melihat sunbae dan sekaligus hyungnya yang nampak sedang latihan
itu. Minho mengendap-ngendap dari belakang namja itu dan...
“Anyyeong Haseyo!!!”
“OMMOOOO!!!”
Jonghyun melemparkan lembaran yang tadi ia pegang karena saking
kagetnya. “Minho-yaa! Apa kau ingin membuat jantungku lepas eoh?!”
“Hahaha!
yaak hyung! Aku hanya ingin balas dendam...” Minho menepuk-nepuk
punggung Jong seraya tertawa puas. “sedang apa kau? Latihan untuk
ujian?”
“kau
puas eoh? Ne.. aku latihan untuk ujian, aish, nyaman sekali menjadi
Taemin mahasiswa di angkatannya menunda ujian untuk beberapa hari.
Ckck.”
“semangatlah hyung, tetap optimis.” Minho mendukung Jong dengan memberi semangat sambil memberi tanda kepalan tangan.
“gomawo... ngomong2, kenapa bawah matamu menghitam? Kau kurang tidur?”
“ne
hyung, mimpi buruk dari masa lalu.” ucap Minho seraya menggosok kedua
belah mata besarnya. Jong yang langsung dapat menangkap poin
pembicaraan dari jawaban Minho menatap dalam mata Minho dengan tatapan
khawatir.
“apa kau belum bisa memaafkannya? Ayolah... semua itu sudah lama berlalu.”
“....”
“Mian
ne Minho-ya... kau hanya perlu bersantai, hidupmu sudah jauh lebih
baik sekarang.” Jong mengusap punggung Minho dan Minho hanya diam.
Tinba2 raut wajah Minho berubah, seperti sedang mengingat sesuatu.
“yeoja
itu... Choi Sulli... aku penasaran dengannya... entah kenapa sejak
perdebatanku dengannya, aku selalu bermimpi tentang eomma. Kata2
pedasnya kemarin itu lemparan telak di kepalaku. Aku tak bisa menebak
isi hatinya.”
“aissh,
ini sudah hampir sebulan sejak taruhan, dan kau bahkan berdebat
dengannya. Persiapkan uangmu untuk membiayai perjalanan kami ke Paris.”
Jong menampakkan senyum mencibirnya pada Minho seraya menepuk-nepuk
pundaknya.
“aku
juga bingung hyung... apa yang kurang dariku? Dia tidak tertarik
dengan fisikku, padahal Aku cukup Tampan (banget malah oppa mah xD),
tidak tertarik dengan uangku, tidak tertarik dengan keahlianku, juga
tidak tertarik dengan perlakuan baikku. Aish Mola! Mola! Aku sudah
tidak tahu lagi apa yang bisa membuatnya tertarik denganku.”
“dan...
ia tidak menginginkan sesuatu yang padahal yeoja lain incar kan Minho?
jadi apa kau salah tentang wanita... kalau semua wanita itu sama
saja?”
“entahlah hyung...”
“tapi
tetap saja Sulli itu yeoja kan... semua yeoja itu mempunyai tingkat
kepedulian dan rasa iba yang tinggi. Saat mereka merajuk, kau cukup
berpura2 sakit saja, maka mereka akan menjadi sangat peduli...”
Minho
menggaruk alisnya yang tidak gatal “Yaak, hyung... jangan terlalu
sering mengenang masa2 indah dengan mantan yeojachingu-mu...” teguran
Minho sontak membuat Jong batuk2.
Minho tersenyum jahil melihat hyungnya itu dan kembali teringat Sulli “hampir seminggu aku tidak melihatnya.”
“we?
Kau merindukannya?” kali ini pertanyaan Jong menjadi tendangan balik
Jong atas teguran Minho yang tidak sopan tentang mantan.
“Ani!
Kau tahu kan kita sedang taruhan, jika aku tak pernah bertemu lagi
dengannya, maka aku akan kalah. Aku harus menemuinya... tapi dimana?
Dia jarang lagi ke cafe itu.” Minho terlihat berpikir keras, Jonghyun
pun ikut2an berpikir keras.
“bagaimana kalau di bawah pohon tempat ia biasa menunggu jemputannya?”
Minho
yang mendengar ide cemerlang Jong pun memukul punggung hyungnya itu
dengan penuh semangat “Yaaak Hyung!!! Kau jenius! Oo’ hyung, kau ini
selalu ada saat aku perlu. Gomawo hyung.”
Minho kemudian berlari kecil meniggalkan hyungnya yang tersenyum menatapnya dari kejauhan.
Minho kemudian berlari kecil meniggalkan hyungnya yang tersenyum menatapnya dari kejauhan.
“Minho-ya,
dulu kau berjanji akan balas budi padaku... sampai sekarang, masih
saja aku yang selalu ada untukmu dan kau selalu merepotkanku. ckckck”
Minho
melirik jam tangan mahalnya, tertera disana 11.15. “Sulli pulang jam
12 kan, masih ada lebih dari setengah jam. Aish, apa dia sudah menunggu
disana atau masih dalam jam kuliahnya ya?”
Di
tempat lain Sulli masih asyik konsentrasi mendengarkan dosennya
menjelaskan. Tiba2 ponsel dosennya berdering dan ternyata dosennya
memiliki urusan penting, kemudian meminta maaf pada siswa karena tak
bisa melanjutkan pengajarannya. Sebagai gantinya mereka diberi tugas
kecil. Semua mahasiswa bersorak-sorai bahagia, termasuk Sulli juga.
Baginya, pulang lebih awal itu sangat menyenangkan. Sulli melangkahkan
kakinya pergi keluar ruangan dan segera menuju tempat biasa ia menunggu
jemputan. Sulli duduk di tempat biasa, di kursi di bawah pohon. Ia
membuka tasnya lalu mengambil ponsel untuk melakukan panggilan ke supir
pribadinya.
“yoboseyo nyonya Sulli. Waeyo?” suara dari seberang panggilan terdengar di telinga Sulli.
“Eunhyuk-shi, aku pulang cepat hari ini. bisa kau menjemputku? Di tempat biasa.”
“tapi
nyonya, aku sekarang dalam perjalanan mengantar file penting milik
tuan Siwon. Bisa kah kau menunggu sebentar? Aku akan menyetir dengan
cepat.”
Sulli menggembungkan pipinya saat mendengar jawaban supirnya itu.
“Ne ahjussi, hati2 di jalan.” Sulli menutup panggilan dan membuang nafasnya. “tempat praktek oppa kan jauh, pasti makan waktu lama.” Sulli memasang wajah cemberut tak sabar ingin pulang. Tiba2 sebuah tangan yang memegang segelas besar minuman soda terjulur di sampingnya. Tangan itu membuat Sulli terkejut dan dengan cepat menoleh ke belakang bangku. “Beoya!?”
“Ne ahjussi, hati2 di jalan.” Sulli menutup panggilan dan membuang nafasnya. “tempat praktek oppa kan jauh, pasti makan waktu lama.” Sulli memasang wajah cemberut tak sabar ingin pulang. Tiba2 sebuah tangan yang memegang segelas besar minuman soda terjulur di sampingnya. Tangan itu membuat Sulli terkejut dan dengan cepat menoleh ke belakang bangku. “Beoya!?”
“mwo? Apa kau tak tahu ini apa? Ini minuman bersoda.”
Sulli menautkan kedua alisnya, “aissh... aku tahu ini minuman bersoda. tapi apa ini untukku?”
“Ne.
Sebagai tanda permintaan maaf, jadi terimalah.” Minho menggoyang pelan
minuman tadi tanda agar Sulli segera mengambilnya. Sulli mengambil
gelas plastik berisi minuman soda itu dari tangan Minho, membuat kedua
tangan mereka bersentuhan.
“gomawo.
Apa yang kau lakukan disini?” Sulli meminum minuman soda itu dengan
sedotan dan bicara pada Minho tanpa menoleh pada Minho.
“menunggu jemputan.” Jawab Minho bercanda. Candaan itu membuat Sulli berhenti meminum dan tersenyum aneh pada Minho.
“kau mengolokku Minho-Shi?”
“ani!
Aku sungguhan menunggu jemputan. Kenapa lama sekali?” Minho membuat
gerakan seolah-olah mencari seseorang. Sulli terkekeh melihat tingkah
Minho.
“apa
yang kau lakukan? Apa kau tidak lelah terus berdiri? Duduklah...”
Sulli menepuk-nepuk wadah duduk disebelahnya tanda agar Minho harus
segera duduk.
“dengan senang hati.” Minho duduk disebelah Sulli dan menatap Sulli yang sedang minum. “Sulli-ya mian ne...”
“kau salah apa Minho-Shi?”
“hentikan memanggilku seperti itu.”
“jadi sperti apa?” Sulli tersenyum kecil mendengar keluhan Minho.
“dengan sebutan biasa.”
“ne, chowayo.” Sulli mengangguk mengerti namun masih merasa lucu dengan tingkah Minho. “Apa salahmu Minho-ya?” sambung Sulli.
Minho
melipat kedua tangannya “kemarin itu... saat di cafe, Mian ne. Mian
karena bicara kasar tentangmu. Aku seharusnya tidak bicara yang tak
pantas. aku tahu, kita melakukan sesuatu karena ada alasan tertentu
dibaliknya. Jadi memang tak seharusnya aku ikut campur urusanmu.”
Sulli memandang Minho saat menjelaskan permintaan maafnya, ia melihat ketulusan Minho dari raut wajah dan sorotan matanya.
“Ne,aku juga minta maaf karena bicara kasar, kita saat itu benar2 dalam keadaan labil.” Sulli terkekeh pelan membuat Minho juga tersenyum canggung.
“Ne,aku juga minta maaf karena bicara kasar, kita saat itu benar2 dalam keadaan labil.” Sulli terkekeh pelan membuat Minho juga tersenyum canggung.
“tapi aku benar2 merasa bersalah Sulli-ya...”
“gwenchana...
aku ini tahan banting.” Ucap Sulli seraya mengepalkan telapak tangan
kanannya dan memasang tampang sok kuat, otomatis hal itu membuat
Minho geli mendengarnya dan tertawa.
“Jinja? Baiklah, apa kau ingin ku banting?” Minho menyodorkan kedua tangannya seolah ingin membanting Sulli.
“ani! Ani! Maksudku bukan banting yang begitu...” keduanya tertawa bersama.
Minho
memandangi Sulli yang sedang tertawa, ia pikir Sulli memang terlihat
lebih baik saat tertawa daripada marah seperti saat perdebatan beberapa
hari lalu. Bukan hanya terlihat lebih bak, tapi jauh lebih cantik.
Minho suka sekali dengan eyesmile Sulli, ia suka senyuman dan bibir
Sulli, ia suka hidungnya, juga suka tai lalat(?) yang terletak di
hidung Sulli. Ia suka semuanya yang ada pada Sulli, Ia pikir ia takkan
bosan untuk memandang yeoja ini.
“kenapa memandang ku seperti itu Minho-ya? Apa aku terlihat seperti pisang?”
“mwo?!
Kenapa harus seperti pisang? Kau pikir aku monyet?” lagi lagi jawaban
Minho membuat sulli tertawa. Minho hanya menggeleng melihat tingkah
yeoja satu ini.
“jadi,
Minho-ya... sekarang kita resmi berteman?” Sulli menjulurkan
kelingking kanannya. Minho menautkan Jari kelingkingnya pada kelingking
Sulli.
“Ani,
aku tak ingin jadi sekedar teman.” Jawaban Minho seketika membuat
Sulli memasang wajah datar tanpa ekspresi. “aku takkan menyerah. Ini
baru 3 minggu, aku akan mengejarmu selama bertahun-tahun.” Lanjut Minho
tanpa malu2.
“jinjaa? We? Kau ingin beralih profesi dari namja playboy menjadi namja setia?”
“aniya,
aku tidak ingin kalah dengan taemin.” Minho menjawab dengan menaikan
alis sebelahnya membuat Sulli tersenyum lebar menunjukan deretan gigi
putihnya karena melihat tingkah Minho.
“kalau
begitu lakukan sesuka hatimu sampai kau menjadi bosan Minho-ya” Sulli
mengelus lembut pundak Minho, Sulli merasa mereka masih dalam situasi
bercanda.
“ne,
sulli-ya... aku akan bersabar. Walaupun sebenarnya sisa waktuku tidak
banyak.” Tatapan Minho menerawang ke langit sambil menghembuskan
nafasnya kesal, ia pikir dengan keteguhan Sulli untuk tetap sendiri akan
membuat Minho kalah taruhan dengan Shinee.
“mwo?
Sisa waktumu tidak banyak?” Sulli tidak mengerti maksud Minho. Minho
yang ternyata keceplosan menjadi sedikit gugup dengan pertanyaan Sulli.
Ia hanya menggelengkan kepalanya tapi hal itu malah membuat Sulli
semakin penasaran.
“kau
menyembunyikan sesuatu dariku Choi Minho?” kini pertanyaan Sulli
benar2 membuat Minho bingung. Tiba2 ia teringat perkataan Jonghyun
bahwa semua yeoja mempunyai tingkat kepedulian dan rasa iba yang tinggi
dan ide yang benar2 gila muncul di kepala namja tampan ini.
“jika
aku mengatakan maksudku, kaupun takkan percaya Sulli-ya...” Minho
memasang wajah Sedih dan putus asa tepat seperti wajah seseorang yang
ingin boker tapi tak ada air. (naaaah xD)
Sulli
dengan jiwa yang penuh rasa ingin tahu langsung menunjukkan puppy
eyesnya, sedikit mengembungkan kedua pipinya lalu melipat kedua telapak
tangannya dan mulai merayu Minho.
“aku pasti percaya dengan ucapanmu OPPA... ceritakan saja nee...?”
“kau merayuku huh? ani, kau akan menganggapku bercanda dan menertawakanku.”
“aku berjanji aku takkan tertawa...”
“ani.”
“baiklah, aku pergi. Anggap kita tak pernah kenal Minho-Shi.”
Sulli bangkit berdiri dari bangkunya berpura2 nagmbek dan Minho dengan segera menahan Sulli dengan menggenggam pergelangan tangannya.
Sulli bangkit berdiri dari bangkunya berpura2 nagmbek dan Minho dengan segera menahan Sulli dengan menggenggam pergelangan tangannya.
“aku menderita tumor otak sulli-ya.”
Sulli yang mendengar itu melototkan kedua matanya dan memandang wajah namja itu dengan penuh ekspresi “MWO!?”
*****
“MWOO?!”
Sulli membelalakkan kedua matanya setelah mendengar ucapan Minho. Minho
menjadi sedikit merasa bersalah tentang kebohongannya, tapi Minho
benar2 yakin, inilah satu2nya jalan membuka hati Sulli untuknya.
Sulli
masih menatap Wajah Minho mencari kebenaran disana. Minho memasang
ekspresi datar agar kebohongannya tidak terbaca Sulli. Keduanya masih
hanyut dalam suasana diam dan saling bertatapan dengan pikirannya
masing2. Minho yang tak tahan dengan energi canggung diantara mereka
langsung melambaikan telapak tangannya di depan wajah Sulli.
“Sulli-ya... sadarlah.”
“Mwo? Hahahhahah!” Sulli tertawa sambil menutup mulut dengan kedua tangannya. “Minho-ya... leluconmu bagus sekali.”
Minho
menghembuskan nafasnya “sudah kuduga kau akan menganggapku berbohong.
Jika ku tahu kau menertawakan sakitku,aku takkan pernah memberitahumu.
Kau orang kedua yang menganggap sakit ini adalah bercanda.”
Seketika
Sulli mengganti wajah tertawanya menjadi wajah serius dan sedikit
menaruh rasa iba “kau tak berbohong? Aku yang kedua?siapa yang
pertama??” tanya Sulli membanjir.
“apa
aku terlihat seperti berbohong?? Hanya kau dan...” Minho berpikir
keras, kira2 siapa namja atau yeoja yang bisa diajak bekerja sama. “kau
dan sahabat baikku.” Lanjut Minho ambigu, tak tega menyeret salah satu
dari 4 sahabatnya untuk ikut dalam permainan dusta kali ini.
“Nugu? Siapa sahabatmu itu?”
“apa kau harus tahu semuanya? Jika kau tahu siapa dia, kalian akan menertawaiku bersama...”
“ani... aku takkan melakukan itu.” Sulli menggeleng. “kenapa kau merahasiakannya?”
“aku tak ingin orang merasa kasihan padaku atau menjauhiku karena takut kehilanganku kalau aku mati.”
“Yaaak!
Minho-ya! Bicara apa kau! Tidak akan ada yang mati disini.” Sulli
meneriaki kuping Minho. Minho langsung mengelus kupingnya sembari
meringis karena suara melengking sulli menyakiti telinganya. Minho pikir
ini bagus, karena nampaknya Sulli mulai percaya.
“itulah,
alasanku kenapa aku menjadi playboy... kau tahu, takkan mudah saat kau
benar2 mencintai seseorang kemudian harus segera pergi meninggalkanya.
Itu juga akan menjadi luka untuk hati seseorang yang aku tinggalkan.
Sangat bagus jika meninggalkan seseorang dalam keadaan mereka membenciku
daripada mereka mencintaiku. Arachi?”
Sulli
hanyut diam menatap Minho tak percaya kalau Pria yang terlihat sangat
sehat dihadapannya ini menderita tumor otak? Yang benar saja! Apa kau
bercanda?’ “lalu kenapa akhirnya kau datang padaku? apa maksudmu huh?”
Dalam
hati Minho menjawab ‘Taruhan’, tapi mulutnya bicara lain “aku tersadar
saat perdebatan kita beberapa hari lalu. Aku seharusnya tak menyakiti
hati semua wanita yang mencintaiku, karena cinta bukan untuk
dipermainkan oleh siapapun itu, untuk seseorang yang sehat atau pun yang
sakit sepertiku... kau yan menyadarkanku dari kesalahanku. Dari
kesekian banyak yeoja, kurasa kau orang yang tepat untukku Sulli-ya”
Minho membalas tatapan Sulli yang sedari tadi menatapnya penuh dengan
rasa kasihan. Tangan Minho menyentuh tangan Sulli, Sulli terkejut dengan
sentuhan yang tiba2 itu.
“tapi
Minho-yaa, kau juga tahu persis, bahkan aku tak punya sedikit hati atau
cinta untuk kuberikan kepadamu. Aku tidak mencintaimu...”
“oleh
karena itu Sulli-ya... jika kau tidak mencintaiku, aku takkan pernah
punya beban untuk meninggalkanmu suatu hari nanti. Biarkan saja cinta
tumbuh dihatiku dengan tanpa ada cinta yang tumbuh dihatimu... ku mohon
Sulli-ya, terima cintaku... Jeball.” Pinta Minho dengan sepenuh tenaga
berusaha mengeluarkan air matanya agar actingnya kali ini terlihat
sempurna. Dan benar saja, matanya mememerah. Minho sadar matanya memerah
bukan karena acting, tapi benar2 merasa sedih, yeoja dihadapannya ini
merendahkan harkatnya sebagai playboy kelas kakap. Sulli lah wanita
pertama yang mampu membuatnya merengek seperti anak kecil. Minho dapat
melihat wajah Sulli yang kebingungan. ‘jika yeoja dihadapanku ini, tak
menerimaku lagi, maka aku akan menyerah dari taruhan ini.’ batin Minho.
“Mmm,
Minho-ya aku...” baru saja Sulli akan memberi jawabannya, supir pribadi
Sulli tiba dengan Mobil hitam mewah milik keluarga Sulli. Eunhyuk
menurunkan jendela mobil dan melambaikan tangannya pada Sulli, yang
menerima lambaian langsung membalasnya dengan senyuman dan anggukan.
“Sulli-ya, eotthoke?” tanya sang playboy memastikan bahwa Sulli harus memberikan jawabannya.
“hm,
aku akan memberi jawabannya padamu nanti.” Sulli berdiri dan melepaskan
lembut tangannya dari genggaman Minho (lama bener genggamannnya -_-)
“besok
sore jam 4, di cafe adore! Kau harus memberi jawabanmu!” seru Minho
sedikit berteriak karena Sulli sudah agak jauh darinya.
“Ne!” Sulli menoleh pada Minho dan mengangguk setuju.
Minho
tersenyum dan berteriak lagi “Take care yourself, My Snow white!” yang
diteriaki hanya menoleh dan tersenyum lebar sembari melambaikan
tangannya kemudian masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dibukakan.
Minho
merasa lega karena respon Sulli sangat bagus hari ini. “baguslah,
tanggapan Sulli terlihat berbeda kali ini. rasa ibanya terhadap orang
lain benar2 patut diacungi jempol... tapi apa aku tak berlebihan? Tumor
otak? Yang benar saja! Phabo, phabo!” Minho merutuki dirinya sendiri
seraya mengetuk-ngetuk kepalanya dengan kepalan tangannya, penyesalan
melintas di pikirannya, tapi apa boleh buat, demi mendapat perhatian
Sulli dia akan melakukan apapun.
DI RUMAH SULLI :
Sulli
membuka pintu kamarnya dan langsung meraih netbook pink di atas meja
belajarnya yang tertata rapi. Ia memasang port internet pada netbooknya
dan melakukan searching pada mesin pencari dengan keyword “tumor otak”.
Sulli menemukan beberapa artikel dan membacanya. Saking konsentrasinya
sulli menatap layar netbooknya, ia tak sadar kalau Amber sedang
mengendap-endap di belakang Sulli untuk mengagetkannya. Niat Amber untuk
membuat Sulli terkejut seketika batal saat membaca huruf2 yang tetera
di layar netbook Sulli,
“untuk apa membaca artikel ini? siapa yang terkena tumor?” tanya Amber tiba2, membuat Sulli terperanjat dari hadapan netbooknya.
“aissh, oenni... ketuk pintu saat kau masuk. Kau mengagetkanku.” Sulli kembali menatap layar laptopnya.
“Mian ne. Pintu kamarmu terbuka begitu saja. Lagipula aku tadi memang ingin mengagetkanmu.”
Sulli
melirik oenninya tajam membuat Amber langsung mengalihkan perhatian
Sulli dengan menunjuk nunjuk layar laptop. “jadi siapa yang tumor otak?
Jangan2... Sulli kau... jangan bilang kau...” Amber menatap
dongsaeng-nya dengan lemas tak berdaya.
“Aniya!
Bagaimana aku dapat menyembunyikan sesuatu penyakit ganas seperti tumor
di hadapan seorang dokter spesialis dan di hadapan seorang calon dokter
eoh?!” Sulli menggembungkan kedua pipinya tanda kesal dengan Amber
karena telah berpikir yang tidak2.
“aaa,
syukurlah... jika itu benar2 terjadi, maka aku dan oppa akan menjadi
semakin sibuk karenamu.” Amber menjulurkan lidahnya pada Sulli.
“oppa
yang mana yang akan menjadi sibuk?” suara berat seorang namja dari arah
pintu menghentikan perdebatan Sulli dan Amber dan lalu menengok ke arah
sumber suara.
“aniya
oppa, Amber hanya menggodaku.” Sulli menggembungkan kedua pipinya
manja. Siwon tersenyum melihat tingkah kedua yeodongsaeng-nya dan
matanya beralih memperhatikan layar laptop Sulli. “Tumor otak? Kau
jurusan filsafat sulli-ya bukan Kedokteran... apa yang kau ingin ketahui
tentang tumor otak?” Siwon penasaran kenapa adik kecilnya membaca
tentang artikel itu di dunia maya.
Sulli kembali fokus pada laptop di hadapannya “aku sedang mencari tahu seberapa bahayanya tumor otak.”
“Oo’,
itu tergantung tumor jenis apa yang dideritanya, tumor ringan atau
tumor ganas. Kalau tumor ganas, ada kemungkinan sel kanker telah tumbuh
dan harus segera diatasi. Kalau tumor ringan, tidak terlalu masalah,
hanya perlu melakukan operasi pengangkatan tumor.” Jelas Siwon dengan
menumpahkan pengetahuannya sebagai seorang dokter spesialis patologi.
“dan
yang terpenting bisa sembuh tidak seperti...” Amber menghentikan
ucapannya saat tatapan tajam siwon telah menusuk mata Amber dan seketika
membuatnya bergidik ngeri.
Sulli
hanya tersenyum mendengar perkataan Amber yang terputus. “aaa... jadi
begitu. aku hanya ingin tahu saja bagaimana tumor itu.”
“jadi, siapa yang tumor otak?” Amber penasaran.
Sulli mengentikan ketikannya saat amber bertanya dan ia mulai menjawab “seorang namja... ”
“NAMJA??” ucap Amber dan siwon bersamaan.
“Ne...
dia ingin aku menerima cintanya, karena dia menderita tumor otak.”
Sulli menjelaskan maksudnya membuat kedua kakaknya menjadi terkejut saat
mendengar alasan Sulli. Sulli pun memutar kursinya dan kemudian
menghadap Siwon dan Amber yang masih speecless. “Jadi oppa, eonni... aku
bolehkan menerima cintanya? Bagaimana eonn?”
Amber
terbatuk-batuk dan melirik jam tangan kuning di pergelangan tangan
kirinya. “aish, 5 menit lagi jam istirahat berakhir aku harus bergegas.
Minta pendapat oppa-mu saja ne? Pye, love you!” Amber bergegas kabur
dari tempat itu meninggalkan Sulli dan Siwon yang diam terpaku.
“Jadi, oppa... bagaimana menurutmu? Bolehkan?” Sulli melirik oppanya yang hanya diam sejak tadi.
“Ommo!”
Siwon menapak jidatnya pelan. “ Mianne Sulli-ya. Oppa punya janji
dengan seorang pasien... mianne, oppa harus pergi! Love u!” Siwon
melemparkan kiss bye-nya untuk Sulli dan membuat Sulli terperangah
dengan sikap kakak-kakaknya yang seolah menghindar.
“aish!
Jinja! Yang benar saja... kakak macam apa kalian ini eoh!?” Sulli
berteriak sendiri tanpa ada yang mendengarkan. ‘tapi, mereka akan sangat
sensitif dan memarahiku kalau mendengarku dekat dengan seorang namja,
kali ini mereka malah menghindar untuk menjawab... kuanggap itu artinya
aku diperbolehkan...’ batin Sulli seraya tersenyum memandang pajangan
foto dirinya, amber, dan siwon di dinding kamarnya.
Di
tempat lain di waktu yang sama, seorang namja juga melakukan hal yang
sama dengan Sulli, browsing dan serching tentang tumor otak. Ia harus
memperdalam pengetahuannya tentang ini, karena kebohongan ini harus
terlihat sempurna di depan Sulli. Agar Sulli tetap percaya pada namja
curang ini, dan namja ini bisa memenangkan taruhan yang ia lakukan
bersama gengnya.
Di cafe adore :
Minho
terus gelisah sembari memandang jam dinding yang tergantung di dinding
cafe. Ini hampir jam setengah lima tapi yeoja yang sedari tadi telah
Minho tunggu tak kunjung datang. Minho jadi pemandangan bagus bagi
yeoja2 yang ada di cafe itu, sudah tampan, nampaknya dari keluarga
berada, duduk sendiri pula. Menjadi sasaran empuk para wanita single
yang ada disana. Namun harapan2 yeoja itu segera terbang dibawa angin
puyuh saat yeoja yang cantiknya cetar luar biasa (syahrini kalee)
mmasuki pintu cafe dan mengambil tempat duduk di hadapan Minho. Minho
menyambut kedatangan Sulli dengan senyum lega.
Minho memandang Sulli yang terlihat sedikit berkeringat “kenapa kau lama sekali?”
“Ah, Mianne... aku tertidur. Kau tahukan, aku hanya berjalan kaki dari rumah.”
“Oo’
Ne.” Minho membuat gerakan untuk memanggil waitress. Waitress datang
dan Minho memesankan minuman dan cemilan untuk Sulli. “jadi, bagaimana?
Apa jawabanmu sulli-ya?”
Yang
di tanya tertunduk dan terkekeh kecil mendengar pertanyaan Minho
“kenapa harus tergesa-gesa Minho-ya? Aku baru saja datang.”
“setiap detiknya sangat berharga di hidupku.”
“jinja? Kau baru menyadarinya?”
“Ne, sejak bertemu denganmu.” Minho mengeluarkan Jurus ampuhnya, killing smile.
“itulah,
mengapa aku datang disaat yang tepat. Agar kau tidak mati sia2.”
Perkataan Sulli sedikit membuat Minho bergidik mendengar kata “MATI”.
“aku takkan mati! Aku akan melakukan operasi.”
“jinja? Bukankah aku menjadi yeojachingu-mu karena kau akan mati? Kalau kau tak mati, maka aku tak perlu menjadi yeojachingumu.”
“ani!
Bisa saja kan operasi itu gagal dan aku bisa saja...” belum selesai
minho menyelesaikan ucapannya, waitress datang mengantarkan pesanan.
Sulli
tersenyum melihat ekspresi Minho yang sedikit gugup. “ani Minho-yaa,
aku hanya bercanda. Aku akan tetap menerima perasaanmu.”
“Mwo?!
Kau menerimaku?!” Minho bukan kepalang bahagianya, akhirnya yeoja
dihadapannya itu menerima pernyataan Cintanya walaupun bukan berdasarkan
cinta tapi karena iba.
“Ne. Tapi ada syaratnya”
“baiklah... sebutkan saja.”
“pertama...”
“Mwo?! Pertama? Apa ada yang kedua dan ketiga? Ayolah Choi Sulli... jangan terlalu banyak.”
“aish, aku bahkan belum menyebutkannya... dengarkanlah dulu dengan cermat. Arachi?”
“arasooo.”
“
pertama , kau tak boleh melakukan kekerasan dalam bentuk apapun
kepadaku baik itu berupa pukulan, tamparan, atau cubitan.” Sulli
mengacungkan jari telunjuknya pada Minho, yang sedang diceramahi hanya
diam dan mengangguk mengerti. “kedua, jangan memaksakan kehendakmu. Jika
kau ingin melakukan sesuatu bersamaku, maka kau harus meminta izin. Dan
yang ketiga kau tidak boleh...” Sulli melirikkan matanya ke langit2
untuk berpikir apa yang tidak boleh Minho lakukan lagi saat berpacaran
dengannya.
“tidak boleh berselingkuh.” Sambung Minho yang membuat mata Sulli kembali menatap mata Minho.
“dan
itu harus! Karena sebelumnya kau pernah bilang kau sudah menemukan
orang yang tepat saat mengenalku,tidak ada alasan lain untuk
berselingkuh karena aku orang yang tepatkan?” Sulli menjawab dengan
penuh rasa percaya diri.
“Ne.”
Minho mengangguk pelan kemudian memutar memori 1 hari lalu dimana ia
memutuskan semua hubungannya dengan pacar2 nya yang tersebar merata di
korea selatan. Ia tak ingin taruhannya hancur berantakkan kalau Sulli
tahu ia masih menjadi seorang playboy. Minho benar2 berusaha keras untuk
taruhan ini.
“baiklah, hanya itu syarat yang kuajukan.” Sulli meniup poni cokelatnya. “kau tak ada kan?”
“mmh,
kurasa tidak ada. Cintaku padamu tanpa syarat.” Minho tersenyum seksi
membuat Sulli salah tingkah mendengar jawaban Minho. “Ne, mulai
sekarang, aku resmi jadi yeojachingu-ku.” Minho mengulurkan jari
kelingkingnya pada Sulli.
“ne,
kau resmi jadi namjachingu pertama-ku.” Sulli menautkan kelingkingnya
pada kelingking Minho dan membalas senyum merekah Minho.
‘Sulli-ya,
Mianne... aku berbohong seperti ini, mianne... ini karena tak ada jalan
lain agar kau tersentuh dengan sakitku dan merasa peduli.’ Batin Minho.
‘Minho-ya,
Mianne... menerima cintamu tanpa bisa membalasnya... aku hanya ingin
membuatmu bahagia di sisa akhir hidupmu. Tapi aku akan mencoba
mencintaimu’ Batin Sulli.
Disinilah
cerita baru diantara mreka baru dimulai. Sejak detik ini, kehidupan
mereka berdua kan berubah. sang playboy mencoba setia dan sang yeoja
yang tak pernah menjalin cinta akan mencoba jatuh cinta.
To be Continued
lanjut
BalasHapuslanjuttt -w-
BalasHapusOh iya min btw siwonnya kenapa sih?
HapusAma taemin sama minhonya? :D gua bingung sendiri
annyeong! ini authornya^^ mianne baru nge-reply. biasa kanker, sama kaya dhea oenni. wekekek. baca chap berkitn ya aja ya... awal2nya emang bikin bingung. hehe. gomawo udah baca. ^^
Hapusok ok :3
Hapusbalas pake blogger ini habis bikin baru kkk
lanjut min :)))
BalasHapusMian, miminnya blom bisa update. Blom ada pulsa internet. Janji kalo udah ada di lanjut. Kekeke. Gomawo udaaah baca yaa. . ^^
BalasHapusseimbang jadinya sama sama bohong :D
BalasHapusaduh kece, nga saling cinta.. tapi malah nikmatin setiap kebersamaan mereka, hhaha
BalasHapusdaebak thorr ...
BalasHapusnext :D
keren sekali , tapi takut deh ntar minho ngomong pura2 kena tumor otak eh nanti malah kena tumor otak beneran ceritanya , dan gimana nanti rasa sedih nya sulli kalo tau dia di bohongin soal penyakit itu sama minho dan apalagi dia awalnya cuma buat taruhan
BalasHapuswah daebak
BalasHapus