Minggu, 22 September 2013

MIRRORS Chap 14


Title : MIRRORS chap 21

cast : CHOI MINHO (SHINee)  |  CHOI SULLI  (f(x))  |  others

author : Devina Sandy

length : Chaptered

rating : PG-17 ;D

Genre : Fantasy, Romane, sad, hurt, comedy

Minho menyeruput secangkir  latte panas yang tengah dipegangnya erat. Dipandangnya jalanan yang ramai oleh pengendara yang lalu-lalang melalui dinding kaca. setetes air  langit jatuh dan membasahi kaca, dipandangnya langit yang abu-abu. Hari ini akan hujan.

Minho beralih melirik jam tangannya yang terpasang rapi di pergelangan tangan kirinya lalu mendengus kesal “Aish, Choi Sulli! Kenapa kau selalu membuatku menunggu?” ditatapnya lekat layar handphonenya yang menampilkan sebuah massage dari yeojachingu-nya.

From : Sulli <3
Oppa, siang nanti temui aku di cafe adore. Jangan lupa datang dan jangan bosan menungguku yang sering datang terlambat. Kekkeke. Saranghae :*

Minho yang hanya duduk sendirian, sukses membuat para yeoja hingga ahjumma  yang ada di cafe adore senyam-senyum tak jelas saat memandangnya.

‘Ring ding dongRing ding dongRing diggi ding diggiDing ding ding... Meorisokae oolinda’
Handphone Minho berdering membuat perhatiannya teralih dan membaca nama sang penelepon yang terpampang di layar handphonenya. AMBER. Minho memalingkan wajah dari layar handphonenya. Seolah panggilan itu tak lagi penting.

‘Ring ding dongRing ding dongRing diggi ding diggiDing ding ding... Meorisokae oolinda’
Amber tak menyerah dan terus melakukan panggilan. Minho yang merasa risih, pada akhirnya mengangkat panggilan itu.

“Yeoboseyo... apalagi?”
“Yaaak! Apanya yang apalagi! Choi Minho, kau benar-benar...” di seberang panggilan seorang yeoja tengah berteriak seraya memegang kepalanya yang terasa berdenyut karena merasa pusing berhadapan dengan seorang Choi Minho. “Aku meneleponmu berkali-kali. Ratusan kali, dan kau mengacuhkanku. Kau benar-benar...”
“Wae?Benar-benar apa? Aku sudah bilang jangan menggangguku dan memaksaku.”
“Untuk terakhir kalinya, Datanglah jeball.” Pinta Amber
“Shiro, kalian semua sudah gila.”

BEEP

Minho mengakhiri panggilan dan menghembuskan nafas yang sudah memenuhi rongga dadanya yang tersa sesak akibat ulah Amber. hujan rintik2 bertambah deras dan dengan cepat berubah menjadi hujan deras. “Kalian semua sudah gila.” Bisik Minho seraya kembali memandang jalanan yang sudah basah dari balik kaca.

“Phaboooo!!!” rutuk Amber pada ponselnya sendiri. Membuat semua pelayat yang ada di sana menoleh heran padanya. Amberpun tak kuasa menahan air mata. “Phabo, Choi Minho phabo!”

“Waeyo? Ia benar2 tak ingin datang?” tanya seorang ahjumma saat memperhatikan Amber yang tengah menghapus air matanya yang menetes.

“Ne ahjumma. Ia malah mengatakan kita sudah gila.”
“Mwo? ada apa dengannya? Keadaannya membuatku sangat khawatir.” Balas ahjumma yang baru beberapa hari kemarin menjaga rumah keluarga Choi dan juga mengenal Choi Minho dengan cukup baik.
“Ia menganggap Sulli masih hidup.” Ujar Onew yang sedari tadi juga mendengar percakapan itu.

“Ne, sejak malam itu... saat ia membopong Sulli untuk masuk, aku bahkan dapat melihat dada Sulli yang tak bergerak naik-turun layaknya seseorang yang bernafas. Nafasnya sudah berhenti dan aku dapat merasakan tak ada nyawa disana. Tapi Minho... Uuuh, namja itu!” Amber menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Membuat tangannya dibasahi air mata yang sedari tadi terus mengalir.

Hati Onew terenyuh. Minho yang ia kenal kali ini bahkan terlihat sangat rapuh. “Amber, kita harus datang menemuinya. Kita tak bisa membiarkan Minho terus menganggap Sulli masih hidup.”

“Ahjumma juga ikut dengan kalian berdua ne?” pinta ahjumma itu pada Onew dan Amber. “Ahjumma juga pernah melihat seorang anak kecil yang tak ingin melepaskan eommanya dan ia hampir mati di tengah jalan. Mungkin ahjumma bisa ikut menyadarkannya.”

*****

Di sepanjang jalan menuju rumahnya, Minho hanya menggerutu karena kekasihnya tak menepati janji yang telah mereka buat. Saat mobil Minho memasuki gerbang rumahnya, ia terkejut dengan apa yang ia lihat. Seorang Ahjumma, amber dan Onew sudah menantinya dengan raut wajah yang tak dapat digambarkan.

“Minho-ya!” seru ahjumma itu saat Melihat Minho yang keluar dari pintu mobilnya.
Minho heran “Ige bwoya? Apa yang kalian lakukan dirumahku?”
Onew yang merasa seperti kakak kandung untuk Minho menepuk pundak Minho dengan perlahan “Kita harus bicara baik-baik. Kita masuk ke dalam rumahmu kajja.”

 Semuanya kemudian masuk ke dalam rumah Minho untuk membicarakan semuanya dengan otak dingin. Onew yang mempunya hubungan baik dengan Minho membuka pembicaraan terlebih dahulu. “Minho-ya, apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau berprilaku seperti ini? kau membuatku khawatir.”

“Mwo? aku berprilaku seperti apa?” jawab minho dengan wajah tanpa dosa membuat Amber hanya terperangah melihat wajahnya.

“Kau berprilaku aneh karena Kau berasumsi bahwa Sulli masih hidup.”
Minho tersentak, bukan main kagetnya  “Hyung!! Sulli benar-benar masih hidup!”

“Minho-ya... mayat Sulli bahkan sudah di kremasi.” Sahut Amber yang tak tinggal diam melihat Minho yang terlihat begitu depresi dan putus asa.
“Amber! Apalagi ini? kau dan Siwon hyung ingin memisahkan aku dan Sulli lagi eoh? itu takkan berhasil. Sulli masih hidup dan kau tak bisa membohongiku lagi.”

“Aku tidak membohongimu! Sulli benar2 sudah pergi! Apa kau tak bisa menerima kenyataan itu? Tidak bisakah?!”
“Omong kosong. Ia masih hidup! Ia pernah berjanji takkan pergi meninggalkanku. Aku yakin, ia belum pergi.” Jawab Minho tetap teguh pada pendiriannya.
“Minho-ya, dengarkan eomma. eomma melihatnya sendiri. Sulli benar2 sudah pergi. Dan kau harus menerima kenyataan itu.”

Tidak hanya Minho yang kaget saat mendengar Ahjumma itu mengaku sebagi eomma Minho. Onew dan Amber ikut terperangah dan membuka lebar2 mata mereka karena terkejut mendengar hal itu.
“ahjuma!” ucap Amber dan Onew secara bersamaan. Namun tidak dengan Minho yang hanya diam seraya menatap tajam ahjumma yang duduk tepat dihadapannya.

“Omong kosong apalagi ini? bukan hanya satu, tapi dua omong kosong sekaligus.” Ujar Minho skeptis. Membuat Onew dan Amber yang ada disitu semakin pusing dengan keadaan ini.

“Kenapa ini menjadi omong kosong buatmu nak?”
“Karena oemma ku sudah lama mati.”

Seluruh orang yang ada disana terdiam. Eomma Minho tak dapat menahan bulir air matanay yang sudah menggenang saat mendengar perkataan Minho.
Amber hanya dapat menenangkan eomma Minho dan semakin heran dengan perilaku Minho “Minho-ya. kau keterlaluan!”

Onew yang merupakan seorang dokter kandungan mengingat salah satu syndrom yang kemungkinan dialami oleh Minho. Ya, Minho berprilaku seperti itu karena sugesti yang diberikannya pada dirinya sendiri. “Minho-ya, kau memutar balikan fakta. Eomma-mu yang masih hidup kau katakan sudah meninggal. Dan Sulli yang sudah meninggal kau katakan masih hidup.” Ujar Onew memancing emosi Minho seklai lagi.

“Hyung! Kau sudah dipengaruhi oleh mereka. Sulli benar2 masih hidup. Kau percaya kan padaku?” wajah Minho memerah menahan emosi.
“Kalu begitu buktikan, bawa Sulli ke hadapanku. Dan buktikan bahwa ia baik-baik saja.”

DEG

Minho menelan ludah. Masalahnya adalah, Ia tak tahu damanakah sulli berada sekarang. Yeoja itu tidak kelihatan batang hidungnya, padahal Sulli lah yang mengajaknya untuk bertemu di cafe adore barusan.
“Waeyo? Kau tidak bisa? Apa karena kau tak dapat menemukan dimana dia berada sekarang?” tantang Onew sekali lagi membuat emosi Minho semakin memuncak.

“Ara! Akan kubuktikan jika Sulli benar2 masih hidup.” Jawab Minho lantang dan berlalu meninggalkan mereka yang melirikkan mata mengikuti gerakan Minho keluar menuju beranda depan rumah.  Ia menuju mobilnya dan menginjak pedal gas untuk meninggalkan halaman rumahnya yang  luas.

Sepeninggal Minho, Amber masih dibuat menganga oleh kejadian yang barusan ia lihat dan dengar.  “Ahjumma, yang tadi itu... sungguhan?”
Eomma Minho menoleh pada Amber “Apa ahjumma terlihat bercanda?”
Amber dan Onew menghembuskan nafas secara bersamaan. Apa dunia terlalu sempit sehingga seorang eomma dan putranya yang terpisah begitu lama dipertemukan kembali oleh situasi seperti ini?

“Ahjumma, bukannya aku tak menghormatimu tapi... sepengetahuanku sebagai sahabat Minho, kaulah yang menoreh luka di masa lalunya. Kenapa kau tega melakukan itu ahjumma? Wae?” Onew pun angkat bicara.

Eomma Minho hanya tersenyum sembari memandang foto putra dan suaminya yang terpajang rapi di permukaan dinding rumah, dua orang yang sangat ia cintai dan ia tinggalkan bukan karena tanpa alasan.
“Ahjumma harus melakukannya. Saat itu Appa Minho sakit keras, dan kami tak punya biaya lagi untuk pengobatannya. Seseorang pria dari masa lalu ahjumma pun ingin memberi bantuan dengan syarat eomma mau menikahinya dan meninggalkan Minho dan appa-nya.”

Shock.

Onew yang selalu berpikiran sama dengan Minho kalau eomma Minho berselingkuh ternyata salah besar. “Ahjumma, mianne...” ucap Onew lirih.

“Gwenchana... sampai sekarang eomma tidak menyesal untuk keputusan yang sudah eomma ambil. Eomma juga berterima kasih untuk appa jonghyun yang dengan rela hati menyalurkan uang itu pada suami ahjumma dan Minho. juga karena  menjaga rahasia ini dengan baik.”

Amber yang tidak mengerti kenapa eomma Minho harus berbohong pada keluarganya pun menimbulkan pertanyaan besar di pemikirannya. “Lalu ahjumma, kenapa kau harus membohongi Minho dan suamimu? Selama bertahun-tahun Kau membuat mereka berdua membencimu karena pengorbananmu untuk mereka yang kau cintai.”

“Itu karena... Sangat bagus jika meninggalkan seseorang dalam keadaan mereka membenciku daripada mereka mencintaiku.”

Onew yang mendengar jawaban itu langsung mengerutkan jidatnya. “Ahjumma, kau... jawaban itu sama persis dengan jawaban Minho. ya, alasan lainnya mengapa ia menjadi playboy.”

“Jinjaa? Dia benar2 putraku.” Ujar omma Minho seraya terkekeh pelan.
“Ne, dan seorang yeoja telah mengubah pendiriannya itu.”
“Nugu?”
“Sulli. Choi Sulli. Yang meninggalkan Minho saat Minho benar2 mencintainya. Saat Ahjumma meninggalkan Minho dengan menciptakan rasa bnci, Minho mengaggapmu telah mati. Dan saat Sulli meninggalkan Minho dengan menciptakan rasa cinta, Minho mengganggapnya masih hidup. Ini, terlalu ironis.”

Di tempat Lain, di jalanan kota Seoul yang padat, Minho memacu kencang mobilnya. tak memperdulikan pengendara lain yang sudah mencaci makinya karena menyelip lintasan kendaraan lain sesuka hatinya. “Sulli, Sulli, kau dimana?”
Tiba2 memori saat bersama Sulli melintas kembali di ingatannya.

“Oppa, bawa aku ke satu tempat lagi, jeball...” pinta Sulli sambil menunjukkan aegyo-nya yang dapat meluruhkan semua hati namja.
“M-mwo? eodisio?”
“Mmmh ... ke tempat pertama kali kita bertemu?”

“BINGO!!!” Minho menginjak pedal rem mobilnya, membuat pengendara lain di belakangnnya kelabakan dan mengutuk atas tindakan mendadak Minho. tidak sampai disana, Minho memutar haluan Mobilnya ke arah yang berlawanan, membuat pengendara dari jalur lain ikut merutuk ria juga pengendara tampan dan gila yang satu ini.   Untungnya dewi fortuna masih berbaik hati pada namja keras kepala ini, tak ada satupun kecelakaan yang terjadi di tempat itu karena ulahnya.

“Geure... Sulli-ya, tunggu aku. Kau pasti ada di tempat itu kan?” ujar Minho bicara pada dirinya sendiri. Ia membawa mobil klasiknya pada sebuah tempat dimana Sulli sering menunggu jemputan selama ia masih kuliah. Ya, tempat Minho juga pertama kali melihat seorang Choi Sulli.

Cepat ditepikannya mobil merahnya ke sisi jalan. Minho berlari ke arah bangku di bawah pepohoanan. Ia sangat yakin Sulli ada disan,menunggunya.
Kosong.
Minho tak menemukan apa yang ia cari. Matanya menyelusuri setiap sisi, tak ingin meninggalkan detail yang mungkin saja tak ia lihat. Namun Percuma, tak ada apa2 disana.

Tiba2 hembusan angin menerpa pipinya. Semilir angin itu datang dari salah satu sisi gelap di hutan itu. Seolah memanggil Minho untuk menapakkan kaki ke arahnya. memanggil? Ya, memanggil dengan sukses, karena mInho tanpa pikir panjang melangkah menuju jalan setapak sempit yang hampir tersembunyi di lebatnya semak-semak dan gelapnya bayang2 pepohonan.

Minho tahu tempat ini! Ya, ia tahu persis. Yeoja pujaannya pernah menuntunnya melalui jalan setapak ini, dan nantinya akan berhujung pada sebuah lahan yang dipenuhi daun-daun gugur serta dihiasi bangunan gubuk tua di tengah2 lahan tak terawat itu.

Minho melangkahkan kaki panjangnya dengan cepat. Tak mempedulikan ranting dan semak yang menggores kulit putih khas pria korea miliknya. Hingga sinar matahari yang membuat matanya menyipit menyambut kedatangannya. Seolah hutan telah berlalu, lahan ini memang spesial. Tak ada hutan yang menghalanginya dari sinar matahari. Hutan hanyalah benteng yang mengelilingi tempat ini.

Minho menelan ludah saat matanya menemukan pintu gubuk itu sudah terbuka lebar seolah menyambut hangat kedatangannya. Tapi apa yang perlu ditakutkan? Ini belum malam, dan matahari masih memancarkan sinar kuning yang menyala, dan meyakinkan Minho untuk masuk ke dalam sana.

Minho melangkah mendekati gubuk. Sol sepatu hitamnya menginjak genangan air hujan yang tertampung di lekungan kayu-kayu tua lantai beranda gubuk itu.
Minho menggelengkan kepalanya pelan menepis aroma apek yang tak sengaja ia hirup. Ini adalah rumah yang sangat-sangat-sangat tua! Apa mungkin jika Sulli sedang berada di tempat sekumuh ini?

Ia masuk perlahan, mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut dan sisi gubuk itu yang terbuat dari kayu-kayu yang berumur jauh lebih tua dari appa-nya. Beberapa genangan air ditemukannya di ruang tengah gubuk ini. wajar, atap yang melindunginya sudah tak karuan lagi.

Sekali lagi, semilir angin menerpa pipinya, membuat Minho menoleh ke sisi kanannya. Sebuah rongga besar berbentuk persegi panjang di sisi kanannya menarik perhatiannya. Di balik rongga tanpa daun pintu itu, terdapat ruangan yang Sulli pernah ceritkan bahwa ada sebuah cermin ajaib terpasang disana.

Minho ingin melewati rongga itu, namun rasa ragu menyerang benaknya. Mengingat kejadian yang membuatnya hampir jantungan karena melihat kemunculan cermin yang secara tiba2 di ruangan itu. Ya, di salah satu dinding di ruangan itu.

Lalu bagaimana jika Sulli ada disana? Minho membuang keraguannya dan melewati rongga dinding dengan sedikit menunduk karena ukuran tinggi tubuhnya yang menjulang. Mata Minho menjelajahi ruangan itu dan
DEG
Jantungnya berdegup di atas normal melihat seseorang tengah berdiri di hadapannya dan menatapnya. Minho menatap wajah pucat yang tetap tak bergeming itu. Minho berjalan mendekat dan kemudian menyadari yang dilihatnya bukanlah orang lain, tetapi merupakan pantulan bayangan dirinya sendiri. Ah, itu hampir saja membuat Minho terserang penyakit jantung.
Tapi sebentar dulu! Pantulan bayangan??
Minho memundurkan langkahnya, memperjelas penglihatannya dan memprtajamkan fokusnya. “Ommo!” Hanya itu yang Minho mampu ucapkan saat memandang sebuah cermin yang dipenuhi ukiran-ukiran kuno dengan lapisan emas telah diperhadapkan padanya.

Cermin yang sangat-sangat besar. Tak seperti yang Minho bayangankan saat mendengar cerita khayalan Sulli. Cermin ini memenuhi dinding!! Dan yang membuat Minho sekali lagi menelan ludahnya adalah, bagaiamana cermin sebesar ini dapat dimasukkan ke gubuk yang pintunya bahkan lebih berukuran kecil?!

Bulu kuduk Minho meremang saat semilir angin kini tak lagi menerpa pipinya melainkan menerpa tengkuk lehernya. Seolah memerintah Minho untuk maju mendekati permukaan cermin itu. Dan benar saja Minho mendekati  cermin itu dan meraba permukaannya. “Ini mustahil, bagaimana cermin ini ada disini...” desah Minho hampir terdengar seperti bisikan.

 Ditatapya lekat pantulan dirinya yang terlihat sangat jelas dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. Sangat jernih. Kacanya terlampau bersih, hingga pantulannya sungguh2 terlihat nyata. Wajah yang pucat, rambut yang sudah tidak tertata, tulang wajah yang terlihat semakin jelas, dan mata yang hampir terlihat akna menangis.

“Mwo? jadi apa yang kau minta?”
“Aku bilang aku tak ingin mati sebelum menemukan pantulan bayanganku. Dan sekarang aku sudah menemukannya.”

Bayang2 suara Sulli terngiang kembali di kepalanya. Membuatnya kini menatap cermin mewah itu dengan skeptis. “Geure... jadi ini dia cermin yang Sulli bicarakan. Cermin yang hanya menghancurkan hidup orang lain? Benda mati yang menentukan takdir orang lain? Aish!! Cermin ini tak pantas untuk berdiri lagi!!”

Emosi Minho meluap-luap. ia membenci benda mewah di hadapannya. Ia dapat melihat wajah yang sudah memerah karena gusar itu di permukaan cermin. Raut wajah yang perlahan menjauh, Minho melangkah mundur. Menyiapkan ancang-ancang. Minho akan menghancurkan cermin ini dengan sekali tendang. Membuat cermin ajaib itu tak lagi disebut ajaib. Cermin yang sudah membuat Sulli menghilang entah kemana.

Minho mengambil langkah cepat setengah berlari dan “BRUUK!”

“Arrrrgh!!!” Minho mengerang nyaring kesakitan. Erangannya menggema dalam gubuk tua itu. Tubuh kekarnya dan sisi kepalanya mengahantam keras permukaan lantai kayu.  Jutaan denyutan Minho rasakan dikepalanya. Sakit bukan main. ia hanya dapat memejamkan matanya dan merasakan sakit yang luar biasa mencengkram kaki, sisi kanan tubuhnya, dan juga sisi kanan kepalanya.

Minho menyadari ia terjerembab karena terglincir. Ia berusaha menundukkan kepalanya, melihat ke arah tempat ia tergelincir. Ia melihat benda kehijauan menghiasi permukaan lantai yang tadi ia injak. Lumut. Benda itu tumbuh karena air hujan yang sering  menggenang di sana, dan sialnya minho tak menyadari keberadaan benda itu.

“Phaboo.. uh.” Rintih Minho berusaha untuk bangkit berdiri. Namun usahanya gagal, ia malah terjerembab untuk kedua kalinya. Kenapa ia menjadi sangat lemah?

Minho kembali menatap cermin. Cermin itu selalu menarik perhatian. Ia melihat dirinya yang rebah dilantai kayu yang kotor namun ia akui kokoh itu mengingat kerasnya kepalanya terbentur pada lantai tua yang ia kira sudah lapuk.
Dirinya terkapar tak berdaya. Kini bulir air mata mengalir dari matanya. Jatuh ke lantai tua yang juga setengah basah karena air hujan yang jatuh melalui atap yang sudah bocor.
“Sulli-ya eodiseoyo? Aku mencari-carimu... kenapa kau menghilang? Wae?” setets air mata jatuh lagi ke lantai yang ikut menangis bersamanya.
“Choi Sulli... jawab pertanyaanku jeball.” Ujar Minho memohon sembari menatap dirinya sendiri dari kaca.

“Oppa, kau tidak perlu khawatir. Walaupun suatu saat ragaku akan segera menghilang, tetapi cintaku akan tetap bersamamu. Jika kau menatap ke dalam cermin dan melihat bayanganmu, maka kau sedang melihatku. Karena kau lah yang mengatakan, kau adalah pantulan bayanganku, dan aku adalah pantulan bayanganmu... sungguh, tak ada yang perlu kau khawatirkan. Aku selalu ada bersamamu, dan takkan pernah meninggalkanmu.”

Matahari tenggelam membuat semburat oranye menembus melewati jendela dan jatuh pada permukaan cermin. “kenapa waktu berlalu begitu cepat? Apa aku tidak menyadarinya atau berpura-pura tidak menyadarinya?”  Membuat Minho terdiam menatap bayangannya sendiri. Ia melihat bayangannya seolah bicara menjawab pertanyaannya yang menyakitkan.

Perlahan tangannya merogoh saku dan menemukan ponselnya. Dicarinya pesan Sulli yang membuatnya terus menunggu kedatangan Sulli di caffe adore.
Minho menggeser turun layar handphonenya.  Tertera disana tanggal pesan itu diterima.
Ponselnya terjatuh dari genggaman tangannya.

From : Sulli <3
Oppa, siang nanti temui aku di cafe adore. Jangan lupa datang dan jangan bosan menungguku yang sering datang terlambat. Kekkeke. Saranghae :*
Pesan Diterima : 2 bulan lalu

Gelap. Matahari sudah sepenuhnya sembunyi dan tak menampakkan wajah lagi. Kini Minho menangisi dirinya sendiri yang begitu lemah tak berdaya. Tatapan matanya kosong, tak ada yang ia pikirkan, namun air mata terus mengalir dari mata bulatnya yang berkantung dan hitam.
“Sulli-ya... mianne, tidak datang melayatimu. Oppa bodohkan?” dadanya sakit sekali, ia merasa dirinya begitu bodoh.
“oppa menepis pikiran bahwa kau sudah pergi membuat diri oppa dikuasai imajinasi. Mianne, oppa tak mempercayaimu. Seharusnya oppa tahu, walau kau sudah pergi, namun cintamu tetap tinggal disini.” Minho menumpahkan perasaannya sembari menatap cermin. Menatap pantulannya yang sudah tak terlihat jelas karena gelap telah menguasai gubuk itu.

“Yaak! Cermin ajaib!” bentak Minho membuat kepalany sendiri semakin terasa sakit. “jangan kira kau tak berhutang padaku! aku memaafkanmu walau kau sudah merebut Sulli dariku. Tapi... jika kau memang bisa mengabulkan sebuah permintaan, maka kabulkan permintaanku sekarang.”

Minho menatap kilau emas dari bingkai cermin itu, membuat cermin ini masih terlihat bahkan di tengah hitam yang menyelimuti gubuk sepi dan dingin itu. “Jadi, cermin ajaib sialan, kembalikan pantulan bayanganku. Aku hanya mencintainya, aku mencintai dirinya, mencintai cara kami dipertemukan, mencintai cara kami untuk saling mencintai, aku mecintai semua tentang dirinya. Jadi, berikan pantulan bayanganku padaku.” ucap Minho perlahan memastikan cermin itu mendengar dengan cermat permohonannya.

Perlahan Minho merasakan benda berat menggelantung di kelopak matanya. “Uuuh, aku belum makan selama 2 hari. Sepertinya aku akan mati.” Ujar Minho sembari menunjukkan senyum ikhlas miliknya. Kini matany benar2 tertutup. Namun ia masih merasakan detak jantung dan denyut yang bertubi di kepalanya.

Suara jangkrik terdengar sangat nyaring, suara hewan menjadi lagu tidur di hutan itu. Minho dapat mendengarnya. Satu lagi suara yang Minho dengar. Suara langkah kaki mendekatinya. “Phabo, kau masih hidup. Kau ingin aku mengabulkan permintaanmu? Done, terkabul.”

“Jeongmal?” jawab Minho seperti mengejek
“Ne, kau akan lihat nanti.”
Minho ingin membuka matanya, memandang siapa seseorang yang sedang bicara dengannya namun ia tak sanggup. “baiklah kita lihat nanti. Kutagih janjimu, Mirror...”

TO BE CONTINUED

hola!!! Annyeong!! author devina datang bawa Mirrors chap 21. ga  kerasa 22 udah tamat. please jangan marahin authornya yaa kalo Sulli meninggal. tapi karena ini genre nya juga fantasy, entar pas 22 ga bakal sad end kok. :) jadi mohon komentarnya ya... jangan jadi silent reader...^^. pye, saranghae... :*

32 komentar:

  1. lanjuuuttt thoorr...
    jangan sad end, awas aja.. *ngancam*

    BalasHapus
  2. jeongmal? gk sad ending thor?
    yaudah lanjut ya thor, penasaran nih.. :D

    BalasHapus
  3. huhuhu.. sulli eonnie meninggal..
    apa maksud perkataan org itu??? benarkah permintaan minppa dikabulkan??
    lanjut eon!!! ga sad endingkan???

    BalasHapus
  4. Aduh penasaran deh...
    Siapa ya orang itu? Jangan-jangan Sulli,hehehe.Tunggu chapter 22 aja deh... :D
    Kalau chapter 22 sudah dipost,buat squelnya ya... :)
    Suka sama FFnya eonni.

    BalasHapus
    Balasan
    1. buat sequel? awh,kayanya ga ada sequel lg anisa sayang.^^

      Hapus
    2. Ya udah buat FF baru aja ya... ^^

      Hapus
    3. Berani bayar brapa?kekekeke~~
      Ok, author punya dua ff baru di laptop.^^

      Hapus
  5. DEVINAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA ALASAN Apa lagi loe? ngak bisa masuk group lagi ha?????????????????????????????????????
    huh gw dah nunggu , ternyata???/ next, oo jadi genrenya fantasi ya/?
    LOL
    next wkwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heh typo, ane kaget bacanya. Wakakakakaka. Ane juga gak tau dev2 nulis. #miminMacamApaSaya.

      Wkwkwkwkwkwkw. .

      ~Iswarii23~

      Hapus
    2. IDHAAAAAAAAAA! mianne,ini aja ngepostnya pake susah payah. bisa sih,masuk grup,cuman gw lupa mulu buka fb. wkwk

      dhea oenni,mian juga udah nylinap diam2 kaya ninja, skrg aku lumayan sibuk. jadi komunikasi ke kalian jg sendat2. mian.^^

      Hapus
    3. huahhah ninja pretttttt
      mwo, eonni jga ngak tau LOL
      wkwkkwwk

      Hapus
  6. itu yang ngomong sama minho siapa? kayaknya nanti sulli hidup lagi ya?

    BalasHapus
  7. daebakkk eonni,, bikin penasaran sama kelanjutannya, next eon :)

    BalasHapus
  8. Lanjut wks ~ wkwkwk udah prediksi kok happy ending sama permintaan mino ke mirror ternyata dugaan bener 100% :D

    BalasHapus
  9. to the W to the O to the W, is WOW
    Daebaaakkk dedev,,, saya sampai terbawa dalam cerita #abaikankelebaiansaya#
    10 jempol buat kamu
    lanjut yaaa :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini akun nya jojo oenni kah? M to the A to the S to the A, MASA?! thxs :-*

      Hapus
  10. Udah thor bikin novel!! Hajarrrrr wkwkwkwk
    Anyway thanks for updates. Saran nih ya mending author kirim cerpen atau bikin aja novel sekalian hihi. Bagus tau kata2nya. Mangka thor ^^ Salam minsul!/?

    BalasHapus
  11. huuuaaaaaa daeeeeebaaakkk saeng^^ akhirnya eon bisa baca juga kelanjutannya setelah nangis kejer seharian...wkwkwkwkwk
    9999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999 jempol buat kmu saeng^^
    lanjuut ;)

    BalasHapus
  12. aaaaaa.... penasaran,,, ayo mimin lanjutkan perjuangan mu/?

    BalasHapus
  13. aduuhh, sumpah penasaraaaannn, lanjut authorniiimmmm, update soon !!

    BalasHapus
  14. duh kasian liat minho yg blm bisa terima kepergian sulli :') nggak tegaaa

    BalasHapus
  15. kasihan bgt minho,itu sulli benre2 udh meninggal,trus gimana nasib minho

    BalasHapus

 
Choi Minho & Choi Sulli Couple FanFiction Blogger Template by Ipietoon Blogger Template