author : Devina Sandy
length : Chaptered
rating : PG-17 ;D
Genre : Fantasy, Romane, sad, hurt, comedy
Minho beralih melirik jam tangannya yang terpasang rapi
di pergelangan tangan kirinya lalu mendengus kesal “Aish, Choi Sulli! Kenapa
kau selalu membuatku menunggu?” ditatapnya lekat layar handphonenya yang
menampilkan sebuah massage dari yeojachingu-nya.
From : Sulli <3
Oppa, siang nanti
temui aku di cafe adore. Jangan lupa datang dan jangan bosan menungguku yang
sering datang terlambat. Kekkeke. Saranghae :*
Minho yang hanya duduk sendirian, sukses membuat para
yeoja hingga ahjumma yang ada di cafe adore
senyam-senyum tak jelas saat memandangnya.
‘Ring ding dongRing ding dongRing diggi ding diggiDing
ding ding... Meorisokae oolinda’
Handphone Minho berdering membuat perhatiannya teralih
dan membaca nama sang penelepon yang terpampang di layar handphonenya. AMBER.
Minho memalingkan wajah dari layar handphonenya. Seolah panggilan itu tak lagi
penting.
‘Ring ding dongRing ding dongRing diggi ding diggiDing
ding ding... Meorisokae oolinda’
Amber tak menyerah dan terus melakukan panggilan. Minho
yang merasa risih, pada akhirnya mengangkat panggilan itu.
“Yeoboseyo... apalagi?”
“Yaaak! Apanya yang apalagi! Choi Minho, kau
benar-benar...” di seberang panggilan seorang yeoja tengah berteriak seraya memegang
kepalanya yang terasa berdenyut karena merasa pusing berhadapan dengan seorang
Choi Minho. “Aku meneleponmu berkali-kali. Ratusan kali, dan kau mengacuhkanku.
Kau benar-benar...”
“Wae?Benar-benar apa? Aku sudah bilang jangan
menggangguku dan memaksaku.”
“Untuk terakhir kalinya, Datanglah jeball.” Pinta Amber
“Shiro, kalian semua sudah gila.”
BEEP
Minho mengakhiri panggilan dan menghembuskan nafas yang
sudah memenuhi rongga dadanya yang tersa sesak akibat ulah Amber. hujan rintik2
bertambah deras dan dengan cepat berubah menjadi hujan deras. “Kalian semua
sudah gila.” Bisik Minho seraya kembali memandang jalanan yang sudah basah dari
balik kaca.
“Phaboooo!!!” rutuk Amber pada ponselnya sendiri. Membuat
semua pelayat yang ada di sana menoleh heran padanya. Amberpun tak kuasa
menahan air mata. “Phabo, Choi Minho phabo!”
“Waeyo? Ia benar2 tak ingin datang?” tanya seorang
ahjumma saat memperhatikan Amber yang tengah menghapus air matanya yang
menetes.
“Ne ahjumma. Ia malah mengatakan kita sudah gila.”
“Mwo? ada apa dengannya? Keadaannya membuatku sangat khawatir.”
Balas ahjumma yang baru beberapa hari kemarin menjaga rumah keluarga Choi dan
juga mengenal Choi Minho dengan cukup baik.
“Ia menganggap Sulli masih hidup.” Ujar Onew yang sedari
tadi juga mendengar percakapan itu.
“Ne, sejak malam itu... saat ia membopong Sulli untuk
masuk, aku bahkan dapat melihat dada Sulli yang tak bergerak naik-turun
layaknya seseorang yang bernafas. Nafasnya sudah berhenti dan aku dapat
merasakan tak ada nyawa disana. Tapi Minho... Uuuh, namja itu!” Amber menutup
wajah dengan kedua telapak tangannya. Membuat tangannya dibasahi air mata yang
sedari tadi terus mengalir.
Hati Onew terenyuh. Minho yang ia kenal kali ini bahkan
terlihat sangat rapuh. “Amber, kita harus datang menemuinya. Kita tak bisa
membiarkan Minho terus menganggap Sulli masih hidup.”
“Ahjumma juga ikut dengan kalian berdua ne?” pinta
ahjumma itu pada Onew dan Amber. “Ahjumma juga pernah melihat seorang anak
kecil yang tak ingin melepaskan eommanya dan ia hampir mati di tengah jalan.
Mungkin ahjumma bisa ikut menyadarkannya.”
*****
Di sepanjang jalan menuju rumahnya, Minho hanya
menggerutu karena kekasihnya tak menepati janji yang telah mereka buat. Saat
mobil Minho memasuki gerbang rumahnya, ia terkejut dengan apa yang ia lihat.
Seorang Ahjumma, amber dan Onew sudah menantinya dengan raut wajah yang tak
dapat digambarkan.
“Minho-ya!” seru ahjumma itu saat Melihat Minho yang
keluar dari pintu mobilnya.
Minho heran “Ige bwoya? Apa yang kalian lakukan
dirumahku?”
Onew yang merasa seperti kakak kandung untuk Minho
menepuk pundak Minho dengan perlahan “Kita harus bicara baik-baik. Kita masuk
ke dalam rumahmu kajja.”
Semuanya kemudian
masuk ke dalam rumah Minho untuk membicarakan semuanya dengan otak dingin. Onew
yang mempunya hubungan baik dengan Minho membuka pembicaraan terlebih dahulu.
“Minho-ya, apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau berprilaku seperti ini? kau
membuatku khawatir.”
“Mwo? aku berprilaku seperti apa?” jawab minho dengan
wajah tanpa dosa membuat Amber hanya terperangah melihat wajahnya.
“Kau berprilaku aneh karena Kau berasumsi bahwa Sulli
masih hidup.”
Minho tersentak, bukan main kagetnya “Hyung!! Sulli benar-benar masih hidup!”
“Minho-ya... mayat Sulli bahkan sudah di kremasi.” Sahut
Amber yang tak tinggal diam melihat Minho yang terlihat begitu depresi dan
putus asa.
“Amber! Apalagi ini? kau dan Siwon hyung ingin memisahkan
aku dan Sulli lagi eoh? itu takkan berhasil. Sulli masih hidup dan kau tak bisa
membohongiku lagi.”
“Aku tidak membohongimu! Sulli benar2 sudah pergi! Apa
kau tak bisa menerima kenyataan itu? Tidak bisakah?!”
“Omong kosong. Ia masih hidup! Ia pernah berjanji takkan
pergi meninggalkanku. Aku yakin, ia belum pergi.” Jawab Minho tetap teguh pada
pendiriannya.
“Minho-ya, dengarkan eomma. eomma melihatnya sendiri.
Sulli benar2 sudah pergi. Dan kau harus menerima kenyataan itu.”
Tidak hanya Minho yang kaget saat mendengar Ahjumma itu
mengaku sebagi eomma Minho. Onew dan Amber ikut terperangah dan membuka lebar2
mata mereka karena terkejut mendengar hal itu.
“ahjuma!” ucap Amber dan Onew secara bersamaan. Namun tidak
dengan Minho yang hanya diam seraya menatap tajam ahjumma yang duduk tepat
dihadapannya.
“Omong kosong apalagi ini? bukan hanya satu, tapi dua
omong kosong sekaligus.” Ujar Minho skeptis. Membuat Onew dan Amber yang ada
disitu semakin pusing dengan keadaan ini.
“Kenapa ini menjadi omong kosong buatmu nak?”
“Karena oemma ku sudah lama mati.”
Seluruh orang yang ada disana terdiam. Eomma Minho tak
dapat menahan bulir air matanay yang sudah menggenang saat mendengar perkataan
Minho.
Amber hanya dapat menenangkan eomma Minho dan semakin
heran dengan perilaku Minho “Minho-ya. kau keterlaluan!”
Onew yang merupakan seorang dokter kandungan mengingat
salah satu syndrom yang kemungkinan dialami oleh Minho. Ya, Minho berprilaku
seperti itu karena sugesti yang diberikannya pada dirinya sendiri. “Minho-ya,
kau memutar balikan fakta. Eomma-mu yang masih hidup kau katakan sudah
meninggal. Dan Sulli yang sudah meninggal kau katakan masih hidup.” Ujar Onew
memancing emosi Minho seklai lagi.
“Hyung! Kau sudah dipengaruhi oleh mereka. Sulli benar2
masih hidup. Kau percaya kan padaku?” wajah Minho memerah menahan emosi.
“Kalu begitu buktikan, bawa Sulli ke hadapanku. Dan
buktikan bahwa ia baik-baik saja.”
DEG
Minho menelan ludah. Masalahnya adalah, Ia tak tahu damanakah
sulli berada sekarang. Yeoja itu tidak kelihatan batang hidungnya, padahal
Sulli lah yang mengajaknya untuk bertemu di cafe adore barusan.
“Waeyo? Kau tidak bisa? Apa karena kau tak dapat
menemukan dimana dia berada sekarang?” tantang Onew sekali lagi membuat emosi
Minho semakin memuncak.
“Ara! Akan kubuktikan jika Sulli benar2 masih hidup.”
Jawab Minho lantang dan berlalu meninggalkan mereka yang melirikkan mata
mengikuti gerakan Minho keluar menuju beranda depan rumah. Ia menuju mobilnya dan menginjak pedal gas
untuk meninggalkan halaman rumahnya yang luas.
Sepeninggal Minho, Amber masih dibuat menganga oleh
kejadian yang barusan ia lihat dan dengar.
“Ahjumma, yang tadi itu... sungguhan?”
Eomma Minho menoleh pada Amber “Apa ahjumma terlihat
bercanda?”
Amber dan Onew menghembuskan nafas secara bersamaan. Apa
dunia terlalu sempit sehingga seorang eomma dan putranya yang terpisah begitu
lama dipertemukan kembali oleh situasi seperti ini?
“Ahjumma, bukannya aku tak menghormatimu tapi...
sepengetahuanku sebagai sahabat Minho, kaulah yang menoreh luka di masa
lalunya. Kenapa kau tega melakukan itu ahjumma? Wae?” Onew pun angkat bicara.
Eomma Minho hanya tersenyum sembari memandang foto putra
dan suaminya yang terpajang rapi di permukaan dinding rumah, dua orang yang
sangat ia cintai dan ia tinggalkan bukan karena tanpa alasan.
“Ahjumma harus melakukannya. Saat itu Appa Minho sakit
keras, dan kami tak punya biaya lagi untuk pengobatannya. Seseorang pria dari
masa lalu ahjumma pun ingin memberi bantuan dengan syarat eomma mau menikahinya
dan meninggalkan Minho dan appa-nya.”
Shock.
Onew yang selalu berpikiran sama dengan Minho kalau eomma
Minho berselingkuh ternyata salah besar. “Ahjumma, mianne...” ucap Onew lirih.
“Gwenchana... sampai sekarang eomma tidak menyesal untuk
keputusan yang sudah eomma ambil. Eomma juga berterima kasih untuk appa
jonghyun yang dengan rela hati menyalurkan uang itu pada suami ahjumma dan
Minho. juga karena menjaga rahasia ini
dengan baik.”
Amber yang tidak mengerti kenapa eomma Minho harus
berbohong pada keluarganya pun menimbulkan pertanyaan besar di pemikirannya.
“Lalu ahjumma, kenapa kau harus membohongi Minho dan suamimu? Selama
bertahun-tahun Kau membuat mereka berdua membencimu karena pengorbananmu untuk
mereka yang kau cintai.”
“Itu karena... Sangat bagus jika meninggalkan seseorang
dalam keadaan mereka membenciku daripada mereka mencintaiku.”
Onew yang mendengar jawaban itu langsung mengerutkan
jidatnya. “Ahjumma, kau... jawaban itu sama persis dengan jawaban Minho. ya,
alasan lainnya mengapa ia menjadi playboy.”
“Jinjaa? Dia benar2 putraku.” Ujar omma Minho seraya
terkekeh pelan.
“Ne, dan seorang yeoja telah mengubah pendiriannya itu.”
“Nugu?”
“Sulli. Choi Sulli. Yang meninggalkan Minho saat Minho
benar2 mencintainya. Saat Ahjumma meninggalkan Minho dengan menciptakan rasa
bnci, Minho mengaggapmu telah mati. Dan saat Sulli meninggalkan Minho dengan
menciptakan rasa cinta, Minho mengganggapnya masih hidup. Ini, terlalu ironis.”
Di tempat Lain, di jalanan kota Seoul yang padat, Minho
memacu kencang mobilnya. tak memperdulikan pengendara lain yang sudah mencaci
makinya karena menyelip lintasan kendaraan lain sesuka hatinya. “Sulli, Sulli,
kau dimana?”
Tiba2 memori saat bersama Sulli melintas kembali di
ingatannya.
“Oppa, bawa aku ke satu tempat lagi,
jeball...” pinta Sulli sambil menunjukkan aegyo-nya yang dapat meluruhkan semua
hati namja.
“M-mwo? eodisio?”
“Mmmh ... ke tempat pertama kali kita
bertemu?”
“BINGO!!!” Minho menginjak pedal rem mobilnya, membuat
pengendara lain di belakangnnya kelabakan dan mengutuk atas tindakan mendadak
Minho. tidak sampai disana, Minho memutar haluan Mobilnya ke arah yang
berlawanan, membuat pengendara dari jalur lain ikut merutuk ria juga pengendara
tampan dan gila yang satu ini. Untungnya
dewi fortuna masih berbaik hati pada namja keras kepala ini, tak ada satupun
kecelakaan yang terjadi di tempat itu karena ulahnya.
“Geure... Sulli-ya, tunggu aku. Kau pasti ada di tempat
itu kan?” ujar Minho bicara pada dirinya sendiri. Ia membawa mobil klasiknya
pada sebuah tempat dimana Sulli sering menunggu jemputan selama ia masih
kuliah. Ya, tempat Minho juga pertama kali melihat seorang Choi Sulli.
Cepat ditepikannya mobil merahnya ke sisi jalan. Minho
berlari ke arah bangku di bawah pepohoanan. Ia sangat yakin Sulli ada disan,menunggunya.
Kosong.
Minho tak menemukan apa yang ia cari. Matanya menyelusuri
setiap sisi, tak ingin meninggalkan detail yang mungkin saja tak ia lihat.
Namun Percuma, tak ada apa2 disana.
Tiba2 hembusan angin menerpa pipinya. Semilir angin itu
datang dari salah satu sisi gelap di hutan itu. Seolah memanggil Minho untuk
menapakkan kaki ke arahnya. memanggil? Ya, memanggil dengan sukses, karena
mInho tanpa pikir panjang melangkah menuju jalan setapak sempit yang hampir
tersembunyi di lebatnya semak-semak dan gelapnya bayang2 pepohonan.
Minho tahu tempat ini! Ya, ia tahu persis. Yeoja
pujaannya pernah menuntunnya melalui jalan setapak ini, dan nantinya akan
berhujung pada sebuah lahan yang dipenuhi daun-daun gugur serta dihiasi
bangunan gubuk tua di tengah2 lahan tak terawat itu.
Minho melangkahkan kaki panjangnya dengan cepat. Tak
mempedulikan ranting dan semak yang menggores kulit putih khas pria korea
miliknya. Hingga sinar matahari yang membuat matanya menyipit menyambut
kedatangannya. Seolah hutan telah berlalu, lahan ini memang spesial. Tak ada
hutan yang menghalanginya dari sinar matahari. Hutan hanyalah benteng yang
mengelilingi tempat ini.
Minho menelan ludah saat matanya menemukan pintu gubuk
itu sudah terbuka lebar seolah menyambut hangat kedatangannya. Tapi apa yang perlu
ditakutkan? Ini belum malam, dan matahari masih memancarkan sinar kuning yang
menyala, dan meyakinkan Minho untuk masuk ke dalam sana.
Minho melangkah mendekati gubuk. Sol sepatu hitamnya
menginjak genangan air hujan yang tertampung di lekungan kayu-kayu tua lantai
beranda gubuk itu.
Minho menggelengkan kepalanya pelan menepis aroma apek
yang tak sengaja ia hirup. Ini adalah rumah yang sangat-sangat-sangat tua! Apa
mungkin jika Sulli sedang berada di tempat sekumuh ini?
Ia masuk perlahan, mengedarkan pandangannya ke seluruh
sudut dan sisi gubuk itu yang terbuat dari kayu-kayu yang berumur jauh lebih
tua dari appa-nya. Beberapa genangan air ditemukannya di ruang tengah gubuk
ini. wajar, atap yang melindunginya sudah tak karuan lagi.
Sekali lagi, semilir angin menerpa pipinya, membuat Minho
menoleh ke sisi kanannya. Sebuah rongga besar berbentuk persegi panjang di sisi
kanannya menarik perhatiannya. Di balik rongga tanpa daun pintu itu, terdapat
ruangan yang Sulli pernah ceritkan bahwa ada sebuah cermin ajaib terpasang
disana.
Minho ingin melewati rongga itu, namun rasa ragu
menyerang benaknya. Mengingat kejadian yang membuatnya hampir jantungan karena
melihat kemunculan cermin yang secara tiba2 di ruangan itu. Ya, di salah satu
dinding di ruangan itu.
Lalu bagaimana jika Sulli ada disana? Minho membuang
keraguannya dan melewati rongga dinding dengan sedikit menunduk karena ukuran
tinggi tubuhnya yang menjulang. Mata Minho menjelajahi ruangan itu dan
DEG
Jantungnya berdegup di atas normal melihat seseorang
tengah berdiri di hadapannya dan menatapnya. Minho menatap wajah pucat yang
tetap tak bergeming itu. Minho berjalan mendekat dan kemudian menyadari yang
dilihatnya bukanlah orang lain, tetapi merupakan pantulan bayangan dirinya
sendiri. Ah, itu hampir saja membuat Minho terserang penyakit jantung.
Tapi sebentar dulu! Pantulan bayangan??
Minho memundurkan langkahnya, memperjelas penglihatannya
dan memprtajamkan fokusnya. “Ommo!” Hanya itu yang Minho mampu ucapkan saat
memandang sebuah cermin yang dipenuhi ukiran-ukiran kuno dengan lapisan emas
telah diperhadapkan padanya.
Cermin yang sangat-sangat besar. Tak seperti yang Minho
bayangankan saat mendengar cerita khayalan Sulli. Cermin ini memenuhi dinding!!
Dan yang membuat Minho sekali lagi menelan ludahnya adalah, bagaiamana cermin
sebesar ini dapat dimasukkan ke gubuk yang pintunya bahkan lebih berukuran
kecil?!
Bulu kuduk Minho meremang saat semilir angin kini tak
lagi menerpa pipinya melainkan menerpa tengkuk lehernya. Seolah memerintah
Minho untuk maju mendekati permukaan cermin itu. Dan benar saja Minho
mendekati cermin itu dan meraba
permukaannya. “Ini mustahil, bagaimana cermin ini ada disini...” desah Minho
hampir terdengar seperti bisikan.
Ditatapya lekat
pantulan dirinya yang terlihat sangat jelas dari ujung kaki hingga ujung
rambutnya. Sangat jernih. Kacanya terlampau bersih, hingga pantulannya sungguh2
terlihat nyata. Wajah yang pucat, rambut yang sudah tidak tertata, tulang wajah
yang terlihat semakin jelas, dan mata yang hampir terlihat akna menangis.
“Mwo? jadi apa yang kau minta?”
“Aku bilang aku tak ingin mati sebelum
menemukan pantulan bayanganku. Dan sekarang aku sudah menemukannya.”
Bayang2 suara Sulli terngiang kembali di kepalanya.
Membuatnya kini menatap cermin mewah itu dengan skeptis. “Geure... jadi ini dia
cermin yang Sulli bicarakan. Cermin yang hanya menghancurkan hidup orang lain? Benda
mati yang menentukan takdir orang lain? Aish!! Cermin ini tak pantas untuk
berdiri lagi!!”
Emosi Minho meluap-luap. ia membenci benda mewah di
hadapannya. Ia dapat melihat wajah yang sudah memerah karena gusar itu di
permukaan cermin. Raut wajah yang perlahan menjauh, Minho melangkah mundur.
Menyiapkan ancang-ancang. Minho akan menghancurkan cermin ini dengan sekali
tendang. Membuat cermin ajaib itu tak lagi disebut ajaib. Cermin yang sudah
membuat Sulli menghilang entah kemana.
Minho mengambil langkah cepat setengah berlari dan
“BRUUK!”
“Arrrrgh!!!” Minho mengerang nyaring kesakitan.
Erangannya menggema dalam gubuk tua itu. Tubuh kekarnya dan sisi kepalanya
mengahantam keras permukaan lantai kayu.
Jutaan denyutan Minho rasakan dikepalanya. Sakit bukan main. ia hanya
dapat memejamkan matanya dan merasakan sakit yang luar biasa mencengkram kaki,
sisi kanan tubuhnya, dan juga sisi kanan kepalanya.
Minho menyadari ia terjerembab karena terglincir. Ia
berusaha menundukkan kepalanya, melihat ke arah tempat ia tergelincir. Ia
melihat benda kehijauan menghiasi permukaan lantai yang tadi ia injak. Lumut. Benda
itu tumbuh karena air hujan yang sering
menggenang di sana, dan sialnya minho tak menyadari keberadaan benda
itu.
“Phaboo.. uh.” Rintih Minho berusaha untuk bangkit
berdiri. Namun usahanya gagal, ia malah terjerembab untuk kedua kalinya. Kenapa
ia menjadi sangat lemah?
Minho kembali menatap cermin. Cermin itu selalu menarik
perhatian. Ia melihat dirinya yang rebah dilantai kayu yang kotor namun ia akui
kokoh itu mengingat kerasnya kepalanya terbentur pada lantai tua yang ia kira
sudah lapuk.
Dirinya terkapar tak berdaya. Kini bulir air mata
mengalir dari matanya. Jatuh ke lantai tua yang juga setengah basah karena air
hujan yang jatuh melalui atap yang sudah bocor.
“Sulli-ya eodiseoyo? Aku mencari-carimu... kenapa kau
menghilang? Wae?” setets air mata jatuh lagi ke lantai yang ikut menangis
bersamanya.
“Choi Sulli... jawab pertanyaanku jeball.” Ujar Minho
memohon sembari menatap dirinya sendiri dari kaca.
“Oppa, kau tidak perlu khawatir. Walaupun
suatu saat ragaku akan segera menghilang, tetapi cintaku akan tetap bersamamu.
Jika kau menatap ke dalam cermin dan melihat bayanganmu, maka kau sedang
melihatku. Karena kau lah yang mengatakan, kau adalah pantulan bayanganku, dan
aku adalah pantulan bayanganmu... sungguh, tak ada yang perlu kau khawatirkan.
Aku selalu ada bersamamu, dan takkan pernah meninggalkanmu.”
Matahari tenggelam membuat semburat oranye menembus
melewati jendela dan jatuh pada permukaan cermin. “kenapa waktu berlalu begitu
cepat? Apa aku tidak menyadarinya atau berpura-pura tidak menyadarinya?” Membuat Minho terdiam menatap bayangannya
sendiri. Ia melihat bayangannya seolah bicara menjawab pertanyaannya yang
menyakitkan.
Perlahan tangannya merogoh saku dan menemukan ponselnya. Dicarinya
pesan Sulli yang membuatnya terus menunggu kedatangan Sulli di caffe adore.
Minho menggeser turun layar handphonenya. Tertera disana tanggal pesan itu diterima.
Ponselnya terjatuh dari genggaman tangannya.
From : Sulli <3
Oppa, siang nanti
temui aku di cafe adore. Jangan lupa datang dan jangan bosan menungguku yang
sering datang terlambat. Kekkeke. Saranghae :*
Pesan Diterima : 2 bulan lalu
Gelap. Matahari sudah sepenuhnya sembunyi dan tak
menampakkan wajah lagi. Kini Minho menangisi dirinya sendiri yang begitu lemah
tak berdaya. Tatapan matanya kosong, tak ada yang ia pikirkan, namun air mata
terus mengalir dari mata bulatnya yang berkantung dan hitam.
“Sulli-ya... mianne, tidak datang melayatimu. Oppa bodohkan?”
dadanya sakit sekali, ia merasa dirinya begitu bodoh.
“oppa menepis pikiran bahwa kau sudah pergi membuat diri
oppa dikuasai imajinasi. Mianne, oppa tak mempercayaimu. Seharusnya oppa tahu,
walau kau sudah pergi, namun cintamu tetap tinggal disini.” Minho menumpahkan
perasaannya sembari menatap cermin. Menatap pantulannya yang sudah tak terlihat
jelas karena gelap telah menguasai gubuk itu.
“Yaak! Cermin ajaib!” bentak Minho membuat kepalany
sendiri semakin terasa sakit. “jangan kira kau tak berhutang padaku! aku
memaafkanmu walau kau sudah merebut Sulli dariku. Tapi... jika kau memang bisa
mengabulkan sebuah permintaan, maka kabulkan permintaanku sekarang.”
Minho menatap kilau emas dari bingkai cermin itu, membuat
cermin ini masih terlihat bahkan di tengah hitam yang menyelimuti gubuk sepi
dan dingin itu. “Jadi, cermin ajaib sialan, kembalikan pantulan bayanganku. Aku
hanya mencintainya, aku mencintai dirinya, mencintai cara kami dipertemukan,
mencintai cara kami untuk saling mencintai, aku mecintai semua tentang dirinya.
Jadi, berikan pantulan bayanganku padaku.” ucap Minho perlahan memastikan
cermin itu mendengar dengan cermat permohonannya.
Perlahan Minho merasakan benda berat menggelantung di
kelopak matanya. “Uuuh, aku belum makan selama 2 hari. Sepertinya aku akan
mati.” Ujar Minho sembari menunjukkan senyum ikhlas miliknya. Kini matany
benar2 tertutup. Namun ia masih merasakan detak jantung dan denyut yang bertubi
di kepalanya.
Suara jangkrik terdengar sangat nyaring, suara hewan
menjadi lagu tidur di hutan itu. Minho dapat mendengarnya. Satu lagi suara yang
Minho dengar. Suara langkah kaki mendekatinya. “Phabo, kau masih hidup. Kau ingin
aku mengabulkan permintaanmu? Done, terkabul.”
“Jeongmal?” jawab Minho seperti mengejek
“Ne, kau akan lihat nanti.”
Minho ingin membuka matanya, memandang siapa seseorang
yang sedang bicara dengannya namun ia tak sanggup. “baiklah kita lihat nanti. Kutagih
janjimu, Mirror...”
TO BE CONTINUED
hola!!! Annyeong!! author devina datang bawa Mirrors chap 21. ga kerasa 22 udah tamat. please jangan marahin authornya yaa kalo Sulli meninggal. tapi karena ini genre nya juga fantasy, entar pas 22 ga bakal sad end kok. :) jadi mohon komentarnya ya... jangan jadi silent reader...^^. pye, saranghae... :*
lanjuuuttt thoorr...
BalasHapusjangan sad end, awas aja.. *ngancam*
kekeke~ iya iya,ga sad end kok. ^^
Hapusjeongmal? gk sad ending thor?
BalasHapusyaudah lanjut ya thor, penasaran nih.. :D
ga sad end chagi.^^ keke
Hapushuhuhu.. sulli eonnie meninggal..
BalasHapusapa maksud perkataan org itu??? benarkah permintaan minppa dikabulkan??
lanjut eon!!! ga sad endingkan???
sad end ga yah?keke^^ tgu aja yah.
HapusAduh penasaran deh...
BalasHapusSiapa ya orang itu? Jangan-jangan Sulli,hehehe.Tunggu chapter 22 aja deh... :D
Kalau chapter 22 sudah dipost,buat squelnya ya... :)
Suka sama FFnya eonni.
buat sequel? awh,kayanya ga ada sequel lg anisa sayang.^^
HapusYa udah buat FF baru aja ya... ^^
HapusBerani bayar brapa?kekekeke~~
HapusOk, author punya dua ff baru di laptop.^^
DEVINAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA ALASAN Apa lagi loe? ngak bisa masuk group lagi ha?????????????????????????????????????
BalasHapushuh gw dah nunggu , ternyata???/ next, oo jadi genrenya fantasi ya/?
LOL
next wkwkwkwk
Heh typo, ane kaget bacanya. Wakakakakaka. Ane juga gak tau dev2 nulis. #miminMacamApaSaya.
HapusWkwkwkwkwkwkw. .
~Iswarii23~
IDHAAAAAAAAAA! mianne,ini aja ngepostnya pake susah payah. bisa sih,masuk grup,cuman gw lupa mulu buka fb. wkwk
Hapusdhea oenni,mian juga udah nylinap diam2 kaya ninja, skrg aku lumayan sibuk. jadi komunikasi ke kalian jg sendat2. mian.^^
huahhah ninja pretttttt
Hapusmwo, eonni jga ngak tau LOL
wkwkkwwk
itu yang ngomong sama minho siapa? kayaknya nanti sulli hidup lagi ya?
BalasHapuskalo Sulli hidup lagi jadi hantu dong. kekeke^^
Hapusdaebakkk eonni,, bikin penasaran sama kelanjutannya, next eon :)
BalasHapusok, gomawo komennya^^
Hapusjangan sad end donggg
BalasHapusengga kok.santai aja.^^
HapusLanjut wks ~ wkwkwk udah prediksi kok happy ending sama permintaan mino ke mirror ternyata dugaan bener 100% :D
BalasHapusew,good prediction!^^ thxs 4 comment^^
Hapusto the W to the O to the W, is WOW
BalasHapusDaebaaakkk dedev,,, saya sampai terbawa dalam cerita #abaikankelebaiansaya#
10 jempol buat kamu
lanjut yaaa :-)
ini akun nya jojo oenni kah? M to the A to the S to the A, MASA?! thxs :-*
HapusUdah thor bikin novel!! Hajarrrrr wkwkwkwk
BalasHapusAnyway thanks for updates. Saran nih ya mending author kirim cerpen atau bikin aja novel sekalian hihi. Bagus tau kata2nya. Mangka thor ^^ Salam minsul!/?
huuuaaaaaa daeeeeebaaakkk saeng^^ akhirnya eon bisa baca juga kelanjutannya setelah nangis kejer seharian...wkwkwkwkwk
BalasHapus9999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999999 jempol buat kmu saeng^^
lanjuut ;)
aaaaaa.... penasaran,,, ayo mimin lanjutkan perjuangan mu/?
BalasHapusaduuhh, sumpah penasaraaaannn, lanjut authorniiimmmm, update soon !!
BalasHapusduh kasian liat minho yg blm bisa terima kepergian sulli :') nggak tegaaa
BalasHapusNyesekk liat minho (⌣̩_⌣ )
BalasHapuskasihan bgt minho,itu sulli benre2 udh meninggal,trus gimana nasib minho
BalasHapusKasian minho oppa=((
BalasHapus